Reporter: Dimas Andi | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kurs rupiah kembali mengalami pelemahan pada penutupan perdagangan Rabu (5/9). Di pasar spot, rupiah melemah tipis 0,02% ke level Rp 14.938 per dollar AS. Adapun kurs tengah rupiah di Bank Indonesia merosot 0,58% ke level Rp 14.927 per dollar AS.
Analis Monex Investindo Futures, Faisyal menyampaikan, pelemahan rupiah hari ini masih disebabkan oleh memanasnya sentimen perang dagang antara AS dan China. Selain itu, krisis mata uang yang melanda sejumlah negara berkembang seperti Argentina, Turki, hingga Iran juga berakibat negatif bagi pergerakan rupiah.
Namun, adanya intervensi dari BI membuat pelemahan rupiah tidak setajam ketika perdagangan kemarin.
BI mengatakan, sejak Kamis pekan lalu, sudah masuk ke pasar, membeli Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder sampai Rp 11,9 triliun.
Faisyal memperkirakan, rupiah masih berpotensi melanjutkan pelemahannya pada perdagangan Kamis (6/9). Hal ini didorong oleh rencana pemerintah AS yang akan mengenakan tarif US$ 200 miliar kepada barang impor asal China. Jika China merespons kebijakan tersebut, eskalasi perang dagang bakal meningkat dan mata uang dari negara-negara berkembang berpotensi kembali tertekan.
“Dalam jangka pendek, rupiah baru bisa menguat kalau BI melakukan intervensi besar-besaran,” kata Faisyal.
Lebih lanjut, sejauh ini bentuk intervensi BI yang paling efektif untuk meredam rupiah adalah menaikan suku bunga acuan. Namun, langkah ini pun hanya bersifat sementara dan punya risiko yang tinggi karena bisa mengorbankan pertumbuhan ekonomi dalam negeri. “Saat ini peran pemerintah lebih dibutuhkan dalam meredam pelebaran defisit transaksi berjalan,” ujarnya.
Faisyal memproyeksikan, rupiah berpotensi bergerak di kisaran Rp 14.900—Rp 15.000 per dollar AS pada perdagangan besok. Menurutnya, jika rupiah jatuh ke level Rp 15.000, besar kemungkinan pergerakan rupiah akan semakin liar karena telah melewati level psikologisnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News