Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jatuhnya indeks dollar Amerika Serikat (AS) dalam dua hari terakhir memberi angin segar bagi pergerakan rupiah. Mata uang Garuda akhirnya menguat. Analis melihat sentimen eksternal cukup berperan pada perdagangan kali ini.
Di pasar spot, valuasi rupiah tercatat menguat 0,12% ke level Rp 13.535 per dollar AS dari sebelumnya. Sedangkan jika mengacu kurs tengah Bank Indonesia penguatannya hanya sekitar 0,02% ke level Rp 13.539 per dollar AS.
Josua Pardede, Ekonom PT Bank Permata Tbk melihat, penguatan rupiah juga tidak bisa dilepaskan dari performa mata uang euro yang menguat. Rilis pertumbuhan ekonomi Jerman yang tumbuh signifikan dari 0,6% ke level 0,8% berhasil mendongkrak euro di hadapan dollar AS.
"Penguatan rupiah masih kental sentimen global di mana dollar AS cenderung melemah karena penguatan euro," kata Josua kepada Kontan.co.id, Rabu (15/11).
Putu Agus Pransuamitra, Analis PT Monex Investindo Futures mengatakan, rupiah cukup mendapat sentimen positif dari polemik rancangan Undang-Undang pajak Presiden Donald Trump yang diperkirakan akan ditunda penerapannya hingga tahun 2019. Walaupun kemarin malam (14/11) data indeks harga produksi bulan Oktober bertahan pada 0,4%, dollar AS tetap terpuruk.
Dari dalam negeri, sentimen positif datang dari kenaikan impor dan ekspor bulan Oktober. Surplus neraca perdagangan yang menurun dari US$ 1,76 miliar di bulan September menjadi US$ 895 di bulan Oktober tetap memberi sinyal positif. "Peningkatan ekspor dan impor mengindikasikan peningkatan aktivitas perekonomian," kata Putu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News