kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rupiah diprediksi menguat terbatas jika The Fed dan BI pertahankan suku bunga acuan


Selasa, 19 Maret 2019 / 21:22 WIB
Rupiah diprediksi menguat terbatas jika The Fed dan BI pertahankan suku bunga acuan


Reporter: Amalia Fitri | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah diprediksi berpotensi menikmati penguatan dalam jangka pendek jika The Federal Reserve (The Fed) dan Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan di level saat ini.

Sebagai informasi, The Federal Reserve (The Fed) atau FOMC (Federal Open Market Committee) akan menggelar rapat pada Rabu (20/3) mendatang. Sementara BI juga akan menyelenggarakan Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada Rabu (20/3) dan Kamis (21/3).

Ekonom Bank Permata Josua Pardede menjelaskan probabilitas penguatan rupiah ditopang oleh performa dollar AS yang pekan lalu mencetak pelemahan mingguan terendah tahun ini. Pada minggu lalu, indeks dollar 0,21% lebih rendah atau berada di level 96,580. Sebelumnya, indeks dollar AS sempat naik di level 96.408.

Ditambah lagi, rilis data ekonomi AS yang belakangan dikeluarkan, tidak menggembirakan sebab rata-rata berada lebih rendah dari ekspektasi. Salah satunya adalah data manufaktur AS yang turun dua bulan berturut-turut pada Februari. Hal ini diakibatkan dari aktivitas pabrik di negara bagian New York lebih rendah.

“Pasar juga bereskpektasi jika hasil rapat The Fed masih akan dovish. Bahkan Bloomberg juga mengeluarkan probabilitas tingginya hanya 0,8%, sangat kecil sekali,” tambah Josua, Selasa (19/3).

Josua menambahkan BI juga masih akan mempertahankan suku bunga acuan di level 6% karena melihat volatilitas rupiah yang menurun dan inflasi yang terkendali.

“Jika skenario The Fed dan BI mempertahankan suku bunga acuannya masing-masing, rupiah bisa menguat terhadap dollar AS, namun penguatannya sangat terbatas,” tutur Josua.

Keterbatasan ini datang dari harga minyak dunia yang mengalami peningkatan dalam beberapa waktu terakhir. Pada akhir pekan lalu, harga komoditas, khususnya minyak cenderung mengalami penguatan. Secara year to date, minyak jenis WTI di bursa NYMEX sudah meningkat sebanyak 30% dan dalam seminggu sudah meningkat sebesar 4%.

“Hal ini akan mendorong tingginya defisit migas Indonesia. Current account deficit juga masih belum dapat turun secara signifikan. Apalagi OPEC juga masih akan terus mengurangi produksi minyak globalnya,” lanjut Josua.

Melihat penguatan rupiah pada Selasa (19/3) yang tipis, yakni 0,05% di level Rp 14.232 per dollar AS, menyiratkan bahwa sebenarnya rupiah masih mampu menguat lebih besar namun terbatas karena penguatan harga minyak.

Penguatan rupiah dinilai akan berumur panjang, jika The Fed menurunkan suku bunga acuannya dan BI mempertahankan suku bunga acuannya. 

Josua menyatakan jika secara selisih suku bunga menyusut, rupiah bisa saja tetap melemah. Namun kalau spread-nya membesar, rupiah akan menjadi lebih atraktif bagi pelaku pasar global.

Josua menyatakan kemungkinan tersebut bisa saja terjadi, meski sangatlah kecil.

Sebaliknya, jika The Fed menaikan suku bunga acuannya dan BI tetap mempertahankan suku bunga acuan, permintaan dollar AS akan sangat tinggi.

“Hal ini tentu akan sangat mengagetkan pasar sebab berada di luar ekspektasi. Namun seandainya itu terjadi, permintaan terhadap dollar AS akan meningkat pada akhir kuartal. Jika The Fed menaikan suku bunga, masih ada ruang pula bagi BI untuk juga menaikkan suku bunga acuannya. Namun, skenario tersebut sangat kecil terjadi,” jelas Josua.

Josua berkata jika pernyataan langsung Gubernur The Fed, Jerome Powell, pada Rabu (20/3) mendatang, juga patut ditunggu. Dari pernyataannya, bisa dianalisa apakah The Fed akan mengeluarkan kebijakan lebih dovish selanjutnya, atau malah hawkish. Kemungkinan The Fed untuk membuka kemungkinan jumlah kenaikan suku bunga juga bisa terpantau.

“Saya pikir rupiah masih terus akan stabil di rentang Rp 14.200 per dollar AS – Rp 14.260 per dollar AS pasca rapat The Fed dan RDG BI,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×