kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,64   6,79   0.75%
  • EMAS1.395.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.17%
  • RD.CAMPURAN 0.09%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.03%

Rupiah Diprediksi Menguat Pada Kamis (14/12), Berikut Sentimen Penggeraknya


Kamis, 14 Desember 2023 / 07:00 WIB
Rupiah Diprediksi Menguat Pada Kamis (14/12), Berikut Sentimen Penggeraknya
ILUSTRASI. Ekonom memproyeksikan rupiah akan mengalami penguatan pada perdagangan Kamis (14/12).KONTAN/Fransiskus SImbolon


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kurs rupiah di pasar spot ditutup pada level Rp 15.661 per dolar Amerika Serikat (AS) pada akhir perdagangan Rabu (13/12), melemah 0,26% dari sehari sebelumnya yang ada di Rp 15.621 per dolar AS.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memproyeksikan rupiah akan mengalami penguatan pada perdagangan Kamis (14/12). Ini sejalan dengan ekspektasi arah kebijakan yang less-hawkish dari The Fed.

"Rupiah berpotensi bergerak di kisaran Rp 15.600 - Rp 15.700 per dolar AS," imbuhnya.

Asal tahu saja, dalam keputusan kebijakannya pada Rabu (13/12) malam, The Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuannya, dan mengisyaratkan penurunan suku bunga pada tahun 2024.

Baca Juga: Menunggu Hasil FOMC, Intip Proyeksi Rupiah Kamis (14/12)

Pengamat Komoditas dan Mata Uang Lukman Leong menambahkan, apabila keputusan The Fed lebih bersifat dovish, maka rupiah berpotensi menguat dengan rentang Rp 15.400 - Rp 15.500 per dolar AS pada perdagangan Kamis (14/12). 

Terkait pelemahan rupiah pada Rabu (13/12), Josua bilang pelemahan rupiah ini terjadi akibat sentimen risk off dari China. Sentimen ini didorong dari pernyataan eksekutif pemerintah China.

"Dengan kemungkinan absennya stimulus, pertumbuhan ekonomi China dikhawatirkan melanjutkan perlambatan di tahun 2024," ujarnya kepada Kontan, Rabu (13/12).

Lukman menambahkan, tertekannya rupiah akibat inflasi bulanan AS yang naik 0,1%. Menurutnya, investor juga mengantisipasi nada hakwish dari the Fed malam ini menyusul serangkaian data ekonomi AS yang lebih kuat seperti NFP minggu lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×