kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.325.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rupiah Diprediksi Melemah pada Selasa (16/4), Simak Faktor dan Prospek ke Depannya


Selasa, 16 April 2024 / 05:15 WIB
Rupiah Diprediksi Melemah pada Selasa (16/4), Simak Faktor dan Prospek ke Depannya
ILUSTRASI. Rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan terakhir jelang libur lebaran./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/05/10/2022.


Reporter: Nadya Zahira | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan terakhir jelang libur lebaran, Jumat (5/4). Mengutip Bloomberg, Jumat (5/4), nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup naik 0,28% ke level Rp 15.848 per dolar AS. 

Analis Senior Bank Mandiri, Reny Eka Putri mengatakan sebelum libur lebaran, rupiah sudah bergerak volatile di kisaran 15.700 – 15.900, akibat tekanan eksternal yang meningkat. 

Untuk itu, pada perdagangan besok, Selasa (16/4) rupiah diperkirakan akan terkoreksi setelah libur panjang lebaran, karena kemungkinan besar pasar belum kembali normal dan sentimen negatif dari faktor eksternal yang masih tinggi, yakni dari ketegangan di Timur Tengah dan capital flight ke USD lantaran data-data ekonomi AS membaik. 

Baca Juga: Rupiah Melemah, Industri Energi Terbarukan Bisa Terdampak

“Secara teknikal, kami memperkirakan rupiah akan bergerak ke kisaran Rp 15.825 – 16.100 per dolar AS dalam jangka pendek,” kata Reny kepada Kontan.co.id, Senin (15/4). 

Reny mencermati bahwa pelemahan mata uang rupiah murni akibat sentimen global. Di mana, dolar AS merangkak naik lantaran kondisi geopolitik dan data ekonomi AS yang jauh dari perkiraan ekonom.  

Adapun data tersebut seperti, data tenaga kerja AS sangat membaik dengan penambahan nonfarm payrolls AS sebesar 303 ribu, di atas ekspektasi pasar. Tingkat pengangguran AS juga turun menjadi 3,8% pada Maret 2024, dibandingkan bulan sebelumnya yang hanya sebesar 3,9%. 

Tidak hanya rupiah, Reny mengatakan bahwa mayoritas mata uang global lainnya juga mengalami pelemahan terhadap USD. Pasalnya, USD saat ini sebagai salah satu instrumen yang paling diburu pasar di tengah ketidakpastian ekonomi. 

Selain itu menurutnya, penguatan dolar AS juga dipengaruhi oleh pernyataan The Fed yang tidak mau terburu-buru dalam menurunkan suku bunga acuannya. Hal ini juga menegaskan bahwa The Fed belum akan memangkas Fed Funds Rate pada FOMC meeting, Mei 2024 mendatang. 

Kemudian, kembali tingginya inflasi memicu spekulasi bahwa The Fed masih akan mempertahankan suku bunga tingginya yang saat ini di kisaran 5,25 - 5,50% lebih lama lagi. Perkembangan ini yang menyebabkan rupiah melemah selama libur lebaran. 

“The Fed juga memperkirakan pertumbuhan PDB AS akan lebih baik pada tahun 2024 diikuti dengan menurunnya tingkat pengangguran,” imbuhnya. 

Lebih lanjut, Reny melihat bahwa The Fed cukup optimis meskipun dengan suku bunga acuannya yang masih tinggi, namun ekonominya masih berjalan tangguh. PDB AS pada kuartal 4 2023 sebesar 3,4% (QoQ), lebih baik dari sebelumnya yang sebesar 3,2% (QoQ). Hal ini didukung oleh konsumsi dan investasi di bisnis non-residensial di negara tersebut. 

Sementara itu, dia menuturkan bahwa bauran kebijakan diperlukan untuk meredam pelemahan rupiah lebih dalam. Reny melihat, Bank Indonesia (BI) akan tetap menjalankan langkah stabilisasi nilai tukar rupiah melalui triple interventions di pasar spot, Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), dan pasar obligasi. 

Baca Juga: Industri Pertambangan Terdampak Pelemahan Rupiah Terhadap Dolar AS

Selanjutnya, dia mengatakan Bank Indonesia juga akan mengoptimalkan kebijakan untuk menarik aliran dana asing melalui instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI). 

“Kami cukup optimis volatilitas rupiah dapat menurun jika tensi perang dapat diredam dan potensi penurunan suku bunga AS pada paruh kedua tahun ini dapat terlaksana. Sesuai dengan pernyataan The Fed dalam FOMC meeting Mar-24, bahwa Fed Funds Rate akan diturunkan sebanyak tiga kali tahun ini,” ungkapnya. 

Selain itu, Reny menuturkan bahwa adanya dukungan  dari fundamental domestik yang masih solid dan posisi cadangan devisa yang masih mumpuni untuk menjaga daya tahan eksternal Indonesia, juga menjadi faktor positif saat ini. 

“Kami masih memproyeksikan pada akhir tahun ini, rupiah akan ditutup di sekitar Rp 15.400 – 15.500 per dolar AS, dengan potensi penurunan Fed Funds Rate dapat turun sebesar 50 bps menjadi ke kisaran 4,75 – 5% menjelang tutup tahun 2024,” tandasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×