kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,34   -28,38   -2.95%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rupiah diprediksi hanya menguat tipis jelang rapat The Fed


Minggu, 15 September 2019 / 07:14 WIB
Rupiah diprediksi hanya menguat tipis jelang rapat The Fed


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rapat FOMC akan kembali digelar pertengahan pekan depan, pada 17-18 September. Pelaku pasar memperkirakan bank sentral Amerika Serikat (AS) tersebut akan kembali memangkas suku bunga lagi sebanyak 25 bps. Menjelang agenda ini, kurs rupiah terhadap dolar AS dinilai akan mendapat katalis positif. Hanya saja pengaruhnya tak begitu besar.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, peluang Federal Reserve memangkas suku bunganya lagi dalam rapat FOMC pekan depan dirasa sangat besar. Hal ini karena bank sentral Eropa pada pekan yang lalu juga melonggarkan kebijakan moneternya dan melanjutkan stimulusnya.

Dia bilang, hal ini membuktikan bahwa negara-negara maju di Eropa berfokus pada perlambatan ekonomi global. "Keputusan dari The Fed pastinya juga akan memikirkan faktor risiko perlambatan ekonomi global meskipun data-data AS yang baru dirilis cukup bagus," ujar Josua.

Baca Juga: Review Rupiah Sepekan: Terdorong Hubungan Dagang AS-China dan Kebijakan ECB

Josua menambahkan bahwa menjelang rapat FOMC ini, pergerakan rupiah akan positif. Menurut dia, masih ada ruang penguatan mata uang garuda. Hanya saja efeknya dinilai jangka pendek.

Selain itu, Josua juga bilang bahwa penantian keputusan The Fed ini bukanlah sentimen utama yang menjadi pemicu kebangkitan rupiah. Dia berpendapat sentimen perang dagang masih menjadi sentimen utama untuk pergerakan rupiah.

"Sentimen pergerakan rupiah datang dari dua hal itu, hanya perkembangan perang dagang lebih dominan. Perang dagang ini lebih dinamis," ujar Josua.

Josua mengatakan, selain menanti kebijakan The Fed, pelaku pasar juga menunggu hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia. RDG juga akan diselenggarakan pekan depan bertepatan sehari setelah rapat FOMC.

Menurut dia, BI akan mempertimbangkan kebijakan The Fed walaupun hasil RDG tetap akan melihat data dalam negeri. "Pasar juga akan menunggu respons RDG jika The Fed jadi memangkas suku bunga," ujar Josua.

Baca Juga: Lelang Sukuk Negara Pekan Depan Bisa Diserbu Investor premium

Sependapat, Ekonom Bank Mandiri Reny Eka Putri mengatakan bahwa rupiah akan bergerak positif menjelang rapat FOMC. Jika The Fed memangkas suku bunga, maka investor beralih ke aset-aset emerging market di Asia termasuk rupiah.

Namun, Reny berpendapat penguatan terhadap rupiah tak terlalu tinggi. "Memang penguatannya tidak serta merta terlalu tajam karena penguatan yang buru-buru justru akan menggerus dari sisi ekspor," ucap Reny.

Reny  bilang dampak yang tak begitu besar terhadap pergerakan rupiah dinilai karena pasar telah memprediksikan The Fed akan memangkas suku bunga. Hal ini karena bulan Agustus lalu, The Fed tidak melakukan pemangkasan suku bunga. Selain itu, Reny berpendapat bahwa rupiah saat ini sudah priced in. "Pengaruhnya ada namun penguatan relatif tertahan," ujar Reny.

Baca Juga: Tarif cukai rokok bakal naik 23%, begini tanggapan industri dan analis

Analis Valbury Asia Futures Lukman Leong juga berpendapat bahwa efek menjelang rapat FOMC ini tak begitu besar bagi pergerakan rupiah. Lukman bilang hal ini telah diantisipasi oleh pasar jauh-jauh hari sehingga efeknya ke mata uang garuda minim. 

Menurut Lukman, penguatan rupiah akhir-akhir ini lebih didominasi oleh sentimen perang dagang dibandingkan pemangkasan suku bunga. Menurut dia, sentimen pemangkasan suku bunga antisipasinya cukup jelas dan langkah-langkahnya terprediksi. "Kecuali ada perkembangan baru semisal pernyataan The Fed yang di luar dugaan," ujar Lukman.

Baca Juga: Saham all-time high, anomali dalam kondisi pasar terkoreksi

Lukman juga berpendapat pemangkasan suku bunga oleh The Fed ini juga bisa diikuti oleh BI. Ia menilai ada kebutuhan bagi BI untuk memangkas suku bunganya. "Dengan tingkat inflasi yang masih rendah dan keadaan saat ini sehingga wajar untuk BI memangkas suku bunganya," jelas Lukman.

Menjelang rapat FOMC ini, Josua memperkirakan penguatan rupiah akan berada di kisaran Rp 13.890-Rp 14.025 per dolar AS. Sedangkan Reny menilai penguatan akan di rentang Rp 13.850-Rp 14.080 per dolar AS. Berbeda, Lukman berpendapat rupiah akan terkoreksi di kisaran Rp 14.000-Rp 14.100 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×