Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kurs rupiah masih susah menguat. Setelah terkoreksi di pekan pendek libur hari raya Natal, rupiah diperkirakan masih berlanjut melemah di pekan depan bertepatan dengan pergantian tahun.
Mengutip Bloomberg, Jumat (27/12), rupiah ditutup di level Rp 16.235 per dolar Amerika Serikat (AS). Rupiah spot tercatat turun 0,08% dalam sepekan dan koreksi 0,28% secara harian.
Sedangkan, rupiah di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) ditutup pada level Rp 16.251 per dolar AS. Rupiah Jisdor terpantau naik 0,12% secara mingguan, namun turun 0,26% secara harian.
Baca Juga: Kompak, Rupiah Jisdor Melemah 0,26% ke Rp 16.251 Per Dolar AS pada Jumat (27/12)
Senior Economist KB Valbury Sekuritas, Fikri C. Permana mencermati bahwa rupiah mengawali pekan ini dengan penguatan karena isu debt ceiling AS. Hal itu karena bahasan terkait batas utang AS tersebut menimbulkan kemungkinan Government Shutdown.
Rupiah kemudian berbalik melemah setelah bahasan debt ceiling AS tersebut rampung pada Selasa malam waktu Indonesia. Perdagangan pun minim di tengah pekan karena adanya libur hari raya natal di hari Rabu dan kamis.
Fikri menambahkan, rupiah berbalik terkoreksi turut dipengaruhi data jobless claim AS yang memperlihatkan data tenaga kerja menurun. Selain itu, muncul ekspektasi bahwa ekonomi AS masih akan kuat ke depannya yang menyebabkan rupiah terdepresiasi.
"Libur natal juga berpengaruh karena perdagangan lebih terbatas di musim liburan," jelas Fikri saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (27/12).
Baca Juga: Rupiah Spot Ditutup Melemah 0,28% ke Rp 16.235 Per Dolar AS pada Jumat (27/12)
Analis Doo Financial Futures Lukman Leong menambahkan, meski tidak banyak data-data ekonomi rilis pekan ini, tetapi sentimen negatif masih membayangi mata uang rupiah dan regional Asia. Ini tidak terlepas dari ancaman suku bunga tinggi bank sentral AS.
Yuan China (CNY) mendekati level terendah 13 bulan, Won Korea (KRW) melemah ke level terendah dalam 15 tahun imbas kekisruahan politik. Rupee India (INR) juga mencapai level rekor terendah.
"Sepekan ini indeks dolar AS masih terus naik," sebut Lukman kepada Kontan.co.id, Jumat (27/12).
Lukman menjelaskan, dolar didukung oleh divergensi suku bunga kebjakan bank-bank sentral utama dunia dengan The Fed. Di samping itu, kekhawatiran mendekati perubahan pemerintahan Amerika telah mendorong dolar AS.
Menurut Lukman, perdagangan di pekan depan cenderung kurang lebih sama dengan pekan ini. Minim data ekonomi penting dirilis, baik dari domestik ataupun luar negeri.
Investor mungkin mencermati data inflasi Indonesia di awal bulan yang diperkirakan masih akan stabil bertahan di bawah 2%. Sedangkan, dari eksternal, data manufaktur AS dan China akan menjadi perhatian.
"Sepekan ke depan rupiah dan mata uang Asia lainnya diperkirakan masih akan tertekan, baik dari sentimen negatif regional maupun dolar AS yang masih kuat," imbuh Lukman.
Baca Juga: Rupiah Terkoreksi di Pekan Pendek Libur Hari Raya Natal
Fikri sepakat bahwa pergerakan nilai tukar rupiah bakal datar di pekan depan sejalan dengan adanya libur tahun baru. Namun data inflasi dari internal maupun eksternal perlu menjadi sorotan, serta data PMI manufaktur di AS dan Indonesia.
"Tekanan rupiah sepertinya masih akan berlanjut sampai akhirnya Trump dilantik. Dolar AS masih akan menguat didukung suku bunga dan retaliasi terhadap kebijakan tarif Trump yang sejauh ini tiga negara bereaksi yakni China, Kanada, Meksiko," ucap Fikri.
Fikri dan Lukman sama-sama memperkirakan nilai tukar rupiah akan bergerak dalam rentang Rp 16.100 – Rp 16.300 per dolar AS di pekan depan.
Selanjutnya: UMP Naik dan PPN 12% di 2025, Trisula International (TRIS) Siapkan Sejumlah Jurus
Menarik Dibaca: Ini 6 Keuntungan Pakai Sabun Bahan Organik yang Ramah Lingkungan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News