Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Harga emas terpantau turun di tengah perdagangan sepi pasca liburan natal. Mengutip Bloomberg, Jumat (27/12) 16.00 WIB, emas diperdagangkan pada level US$2,626 per ons troi terkoreksi 0,27% dari level penutupan sebelumnya.
Meski demikian, emas memiliki peluang untuk kembali menguat seiring dengan sentimen pasar yang mencermati prospek ekonomi Amerika Serikat (AS) di bawah pemerintahan Trump. Selain itu, kebijakan suku bunga Federal Reserve (The Fed) untuk tahun 2025 diharapkan mendukung harga logam mulia.
Analis Dupoin Indonesia, Andy Nugraha melihat, kombinasi pola candlestick dan indikator Moving Average menunjukkan bahwa tren bullish pada emas semakin kuat. Namun tetap perlu diantisipasi volatilitas pasar yang masih tinggi di tengah ketidakpastian global.
Emas sebagai aset tanpa imbal hasil mendapatkan dukungan dari kemungkinan pemangkasan suku bunga The Fed di tahun depan. Hal itu seiring data inflasi PCE AS yang moderat memicu ekspektasi bahwa The Fed mungkin akan melonggarkan kebijakan moneternya lebih lanjut.
Baca Juga: Grafik Harga Emas Antam, Hari Ini Kemana Bergerak? (27 Desember 2024)
Andy berujar, pemangkasan suku bunga memperkuat daya tarik emas sebagai aset safe-haven ditengah meningkatnya risiko geopolitik, termasuk konflik yang berkepanjangan antara Rusia dan Ukraina serta ketegangan di Timur Tengah.
Selain itu, emas diperkirakan akan menutup tahun 2024 dengan kenaikan sebesar 27%, mencatatkan kinerja tahunan terbaik sejak 2010. Kenaikan ini didorong oleh pembelian emas oleh bank sentral, ketidakpastian geopolitik, dan kebijakan moneter longgar dari bank-bank sentral utama dunia.
Andy menjelaskan, ketegangan geopolitik turut berperan besar dalam meningkatkan daya tarik emas sebagai aset safe-haven. Dinas Keamanan Federal Rusia baru-baru ini mengungkapkan telah menggagalkan beberapa rencana serangan bom yang ditargetkan pada perwira tinggi Rusia di Moskow.
Di sisi lain, serangan udara Israel di Gaza menewaskan lima wartawan Palestina, yang diklaim oleh militer Israel sebagai anggota Jihad Islam. Insiden ini semakin memperkeruh situasi geopolitik global.
Adapun risiko negatif yang perlu diwaspadai adalah penguatan Indeks Dolar AS (DXY) yang saat ini berada di atas level 108,00. Dolar AS yang lebih kuat membuat emas, yang berdenominasi dolar, menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lain.
Namun, imbal hasil obligasi pemerintah AS yang tetap lemah pada Jumat memberikan sedikit dukungan bagi emas. Imbal hasil obligasi AS bertenor 2 tahun berada di level 4,33%, sementara tenor 10 tahun tercatat di 4,58%.
‘’Secara keseluruhan, emas tetap menjadi instrumen investasi yang menarik di tengah ketidakpastian global. Dengan performa yang solid sepanjang tahun ini, emas diperkirakan akan melanjutkan tren positifnya menuju akhir tahun,’’ kata Andy dalam siaran pers, Jumat (27/12).
Menurut Andy, emas saat ini memiliki peluang naik hingga level US$2.650. Namun, jika terjadi reversal, penurunan dapat mencapai level US$2.609 sebagai target terdekatnya. Pola pergerakan ini mencerminkan volatilitas pasar yang masih tinggi ditengah ketidakpastian global.
Baca Juga: Crazy Rich Budi Said Divonis 15 Tahun Penjara dalam Kasus Jual Beli Emas Antam
Selanjutnya: MRT Bakal Beroperasi Saampai Jam 02.00 di Malam Tahun Baru
Menarik Dibaca: Cara Menggunakan Rosemary sebagai Penyegar Udara Alami Tanpa Bahan Kimia
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News