Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kurs rupiah diprediksi masih akan bergerak sideways di tengah penantian keputusan stimulus fiskal Amerika Serikat (AS) dan respons pelaku pasar pada data ekonomi Indonesia.
Head of Economics Research Pefindo Fikri C. Permana mengatakan, stimulus AS yang masih dibahas oleh DPR AS membuat pelaku pasar valas cenderung bersikap wait and see.
Sementara, dari dalam negeri Fikri melihat masih terdapat risiko yang perlu diwaspadai yaitu penambahan jumlah kasus corona. Kondisi ini juga membuat pertumbuhan ekonomi di kuartal IV-2020 diproyeksikan masih akan negatif, meski tidak separah kuartal sebelumnya.
Baca Juga: Didukung sentimen internal, rupiah di prediksi menguat di pekan depan
Namun, rupiah juga masih berpotensi menguat meski terbatas karena aliran dana asing berpotensi menuju ke negara berkembang seiring dengan vaksin yang sudah disebarkan secara global.
Pengumuman perubahan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) yang selanjutnya, kata Fikri, juga akan mempengaruhi besar pergerakan rupiah dalam pekan depan.
Sementara, Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan, meski negosiasi stimulus fiskal AS masih buntu, rupiah tetap memiliki peluang untuk menguat. Sentimen positif datang dari stimulus moneter Bank Sentral Eropa sebesar € 500 miliar. "Penyebaran vaksin juga membantu penguatan aset berisiko termasuk rupiah," kata Ariston.
Untuk Senin (14/12), Fikri memproyeksikan, rupiah akan bergerak berada di rentang Rp 14.000 per dolar AS-Rp 14.200 per dolar AS.
Sementara, Ariston memproyeksikan rupiah menguat ke rentang Rp 14.000 per dolar AS hingga Rp 14.150 per dolar AS.
Selanjutnya: IHSG diprediksi melemah di awal pekan, simak rekomendasi saham untuk Senin (14/12)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News