Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kurs rupiah mengakhiri perdagangan, Senin (31/1) dengan penguatan. Di pasar spot, rupiah berhasil ditutup di level Rp 14.368 per dolar Amerika Serikat (AS) atau menguat tipis 0,05% dibandingkan penutupan sebelumnya.
Sementara di kurs referensi Jisdor Bank Indonesia (BI), rupiah justru mengalami koreksi. Mata uang Garuda ini melemah tipis 0,07% ke Rp 14.392 per dolar AS.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim dalam riset hariannya mengatakan, pasar merespon positif terhadap prediksi pemerintah mengenai puncak kasus Covid-19 varian Omicron yang terjadi pada awal hingga pertengahan Februari 2022.
Adapun, jumlah kasus virus corona (Covid-19) varian Omicron di Indonesia mengalami peningkatan secara signifikan dalam sepekan terakhir. Peningkatan itu dianggap imbas dari libur tahun baru serta varian Omicron yang pertama kali terdeteksi 15 Desember 2021 di Indonesia.
Baca Juga: Rupiah Spot Ditutup Menguat Tipis ke Rp 14.368 Per Dolar AS Pada Hari Ini (31/1)
Pemerintah mengaku telah mempersiapkan penambahan tempat tidur dan oksigen ke seluruh rumah sakit Indonesia dengan harapan tidak terjadi penuhnya tingkat keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) di rumah sakit, seperti pada lonjakan varian Delta pada Juli 2021 lalu.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun meminta agar warga yang dinyatakan terinfeksi Covid-19 dengan status tanpa gejala atau OTG tidak perlu mendatangi rumah sakit maupun fasilitas kesehatan lainnya untuk menjalani rawat inap. Jokowi lantas meminta mereka untuk melakukan isolasi mandiri (isoman), agar kondisi BOR di rumah sakit rujukan Covid-19 tidak penuh dan maksimal untuk merawat pasien Covid-19 gejala sedang, berat, hingga kritis.
Sementara dari eksternal, ia bilang pelaku pasar memperkirakan kenaikan suku bunga 28,5 basis poin di bulan Maret dan sebanyak 119,5 basis poin dalam peningkatan kumulatif pada akhir tahun karena dolar terus naik dalam seminggu imbas oleh nada yang lebih hawkish yang keluar dari pertemuan Federal Reserve.
“Imbal hasil Treasury AS tenor 10 tahun turun menjadi sekitar 1,77% untuk hari ini, jauh di bawah level tertinggi dua tahun terakhir sebesar 1,9%. Untuk tenor dua tahun, juga turun 2,8 basis poin menjadi 1,164%, tetapi masih jauh lebih tinggi untuk minggu ini,” tulis Ibrahim dalam riset hariannya.
Selain itu, ia menyebut, pada minggu depan harga konsumen zona euro pada bulan Januari diperkirakan akan menurunkan tingkat tahun-ke-tahun menuju 4,3% dari 5,0%, memungkinkan Presiden ECB Christine Lagarde untuk tetap hawkish.
Bank of England juga mengadakan pertemuan pada hari Kamis, dengan jajak pendapat ekonom Reuters yang memprediksi kenaikan suku bunga kedua dalam waktu kurang dari dua bulan, karena BOE membalikkan lebih banyak stimulus pandemi, setelah inflasi melonjak ke level tertinggi dalam hampir 30 tahun.
Bank Sentral Eropa juga mengadakan pertemuan kebijakan Kamis pekan ini. Meskipun tidak ada perubahan kebijakan yang diharapkan, analis mulai memperingatkan bahwa kenaikan suku bunga yang mendekati dari Fed akan mengecilkan jendela tindakan ECB.
Baca Juga: Loyo, Rupiah Jisdor Melemah ke Rp 14.392 Per Dolar AS Pada Senin (31/1)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News