Reporter: Namira Daufina | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Memasuki pekan yang baru, pasar akan fokus pada pertemuan Federal Open Market Commite (FOMC) pada Kamis (30/4) mendatang. Ini membuat posisi USD akan di atas angin sementara rupiah diduga harus tergelincir di awal pekan dan tidak mampu mempertahankan penguatannya.
Di pasar spot, Jumat (24/4) rupiah menguat 0,56% ke level Rp 12.922 terhadap USD dibanding penutupan hari sebelumnya. Namun di kurs tengah Bank Indonesia rupiah masih harus tunduk di hadapan USD setelah melemah 0,60% ke level Rp 12.941.
Trian Fathria, Research and Analyst Divisi Treasury Bank BNI mengatakan, pada Senin (27/4) rupiah berpeluang untuk koreksi. Ini menyusul tekanan yang datang dari dalam negeri dan juga global.
“Mendekati akhir bulan permintaan USD dalam negeri meningkat untuk kebutuhan hutang korporasi dan impor,” kata Trian. Tidak hanya dari domestik, faktor global sendiri ikut menekan. Memasuki pekan FOMC perhatian pasar akan berfokus pada USD.
Dengan rilis data ekonomi AS yang buruk, pelaku pasar akan beralih ke safe haven dan meninggalkan mata uang berisiko seperti rupiah. “USD itu safe haven juga,” tambah Trian.
Sehingga walaupun index USD koreksi di akhir pekan, nampaknya memasuki awal pekan tenaga USD akan kembali penuh dan menyeret rupiah. “Selalu muncul spekulasi dan itu menguntungkan USD sepanjang pekan menjelang FOMC,” jelas Trian.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News