kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Rupiah dan saham terkoreksi dalam, saatnya investor menyusun strategi investasi


Senin, 03 September 2018 / 21:16 WIB
Rupiah dan saham terkoreksi dalam, saatnya investor menyusun strategi investasi
ILUSTRASI. Pasar Modal


Reporter: Grace Olivia | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Makin mendekati akhir tahun, goncangan di pasar saham maupun pasar obligasi dalam negeri kian menguat. Jajaran sentimen negatif dari eksternal, ditambah oleh nilai tukar rupiah yang terus menyusut membuat kinerja banyak instrumen investasi terkoreksi. Sayangnya, sentimen-sentimen negatif tersebut kemungkinan besar masih akan berlanjut setidaknya sampai akhir tahun.

Meski begitu, Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana berpendapat, investor yang memiliki orientasi jangka panjang seharusnya tetap tenang. Di pasar saham, harga saat ini sudah relatif lebih murah sehingga investor bisa memanfaatkannya untuk masuk dan mengakumulasi. Apalagi, menjelang akhir tahun akan ada momentum window dressing yang biasanya membuat harga indeks kembali naik.

Investor juga tidak perlu terlalu khawatir dengan tahun depan yang merupakan tahun kontestasi politik. "Sejauh ini, sejarah membuktikan indeks saham tidak pernah mencatat kinerja negatif di tahun pemilihan presiden. Justru, kelihatannya ada optimisme di pasar yang menggiring dana asing masuk terlepas dari kecenderungan adanya pergantian presiden atau tidak," kata Wawan, Senin (3/9).

Menurut Wawan, di tengah tren kenaikan suku bunga, instrumen obligasi juga tak serta merta jadi tak menarik. Untuk jangka waktu menengah sekitar 2-3 tahun, obligasi masih menjadi pilihan yang baik. Toh, saat ini yield surat utang negara (SUN) bertenor 10 tahun sudah cukup tinggi di kisaran 7%-8%. 

Dengan kondisi yield SUN acuan tersebut, tentu saja yield yang ditawarkan oleh instrumen obligasi korporasi akan lebih tinggi lagi. "Memang, bagi pemegang obligasi sejak awal tahun pasti akan merasakan kerugian karena turunnya harga akibat suku bunga yang naik. Namun, bagi investor yang baru ingin masuk pasar obligasi dan bisa menahan dana dalam jangka menengah, ini momentum yang bagus," tandas Wawan.

Untuk jangka pendek, risiko di pasar memang bisa dibilang besar sekali. Terutama pada instrumen berbasis obligasi, mengingat suku bunga acuan sangat berpotensi ditingkatkan lagi di tengah kurs rupiah yang terus melemah. 

Wawan menyarankan investor lebih baik beralih ke pasar uang. "Atau bila mempunyai dana yang memadai, bisa juga masuk ke reksadana berdenominasi dollar untuk memanfaatkan penguatan kurs dollar saat ini," tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×