Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Keengganan para eksportir atau pemilik dollar Amerika Serikat (AS) untuk menukarkan dollar AS ke rupiah membuat rupiah kian terpuruk.
Mengutip Bloomberg di pasar spot, Senin (3/9) rupiah tercatat ditutup melemah 0,71% ke Rp 14.815 per dollar AS.
Satria Sambijantoro, Chief Economist Bahana Sekuritas mengatakan rupiah kembali melemah hari ini karena lebih dipengaruhi sentimen domestik. Menurut Satria, para eksportir dan pemilik dollar AS yang tidak menukarkan dollar AS ke rupiah membuat rupiah semakin melemah.
Padahal secara fundamental Satria berpendapat seharusnya rupiah menguat dengan didukung data pertumbuhan ekonomi yang positif. Selain itu, defisit neraca transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) Indonesia juga tidak mengalami depresiasi yang dalam. "Di level Rp 14.800 per dollar AS sudah stabilisasi karena jika dekati level psikologis Rp 14.900 per dollar AS rupiah jadi susah diprediksi," kata Satria, Senin (3/9).
Selain itu, saat ini yield Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun berada di level 8,3%. Dengan inflasi sebesar 3,2% seharusnya pasar obligasi domestik sudah sangat atraktif memancing investor asing masuk. Namun, lantaran ada kekhawatiran depresiasi rupiah berlanjut, kini rupiah masih melemah.
Bahkan, dari awal perdagangan hari ini rupiah sudah langsung dibuka melemah. Penyebabnya, permintaan dollar AS tidak diimbangi suplai dollar AS di domestik yang cukup di pasar valas. Bank Indonesia (BI) pun harus jadi penyedia dollar AS tunggal di pasar keuangan.
Satria memproyeksikan nilai wajar rupiah berada di Rp 14.750-Rp 14.820 per dollar AS untuk jangka panjang. Sementara di akhir tahun, Satria memproyeksikan rupiah berada di Rp 14.900 per dollar AS.
"Imbal hasil SUN di 8,3% murah sekali harusnya asing beli dan sangat undervalue," kata Satria.
Sementara, Satria melihat mata uang regional hari ini tidak bergerak menguat secara signifikan. "Tidak ada sell off yang signifikan dari sentimen regional, rupiah melemah lebih pada kondisi likuiditas valas domestik," kata Satria.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News