kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Agustus, kinerja reksadana kompak turun


Senin, 03 September 2018 / 20:46 WIB
Agustus, kinerja reksadana kompak turun
ILUSTRASI. Ilustrasi Cover Menaruh Investasi


Reporter: Grace Olivia | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks reksadana kembali mencatat kinerja negatif sepanjang Agustus 2018. Hampir seluruh indeks reksadana menoreh kinerja minus dibanding Juli dan lagi-lagi, hanya indeks reksadana pasar uang meraih kinerja positif.

Berdasarkan data Infovesta Utama, per Agustus 2018, indeks reksadana saham mengalami koreksi paling dalam sebesar -1,03% secara month-on-month. Disusul oleh indeks reksadana campuran yang turun 0,42%. Berikutnya, indeks reksadana pendapatan tetap susut 0,29%, sedangkan indeks reksadana pasar uang tumbuh tipis 0,38%.

Sejak awal tahun, indeks reksadana pasar uang juga masih menjadi satu-satunya yang menoreh imbal hasil positif. Indeks reksadana saham melorot 5,22% secara year-to-date (ytd), sementara indeks reksadana pendapatan tetap turun 3,6%. Selanjutnya, indeks reksadana campuran juga mencatat penurunan kinerja 3,12% hingga akhir Agustus lalu.

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana, menjelaskan, tak seperti biasanya, kinerja indeks reksadana saham pada bulan lalu tidak sejalan dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Saat indeks reksadana saham mencatat kinerja negatif, IHSG justru berhasil mencapai pertumbuhan kinerja 1,38% dalam sebulan.

"Ini menunjukkan kalau portofolio yang disusun para manajer investasi memang berbeda dengan indeks," kata Wawan, Senin (3/9). Ia menilai, sepanjang Agustus, isu yang paling santer mempengaruhi pasar reksadana adalah pelemahan nilai tukar rupiah.

Kondisi kurs rupiah yang terus melorot membuat banyak saham mengalami koreksi harga, tak terkecuali saham-saham blue chip yang menjadi penggerak IHSG. Wawan memperkirakan, manajer investasi masih cenderung mengisi portofolio dengan saham-saham blue chip sehingga kinerja reksadana sahamnya ikut terseret turun.

"Dari sekitar 300 reksadana saham, setengahnya mencatat kinerja negatif bulan ini. Tampaknya , IHSG lebih digerakkan oleh saham second-liner sekarang ini, sedangkan reksadana saham masih mengandalkan saham first-liner," ujar Wawan.

Tak cuma indeks reksadana saham, penurunan kinerja juga ikut dialami indeks reksadana pendapatan tetap. Dengan kondisi suku bunga tinggi saat ini, harga obligasi yang menjadi instrumen andalan reksadana pendapatan tetap tentu mengalami penurunan. "Kinerja indeks reksadana pendapatan tetap yang turun memang sudah diprediksi apalagi setelah suku bunga acuan naik," pungkas Wawan.

Selama nilai tukar rupiah masih melemah, ruang kenaikan suku bunga lanjutan oleh Bank Indonesia juga masih besar. Lantas, reksadana pendapatan tetap pun diproyeksi akan menjadi reksadana yang paling tertekan sampai akhir tahun. Menurut Wawan, imbal hasil positif sekitar 1%-2% saja sudah sangat baik bagi reksadana berbasis obligasi di akhir 2018.

Sebaliknya, Wawan masih cukup optimistis IHSG akan kembali pulih dan mencapai level 6.300-6.400 lagi di peghujung tahun. Dengan begitu, ia masih memeprtahankan target kinerja rata-rata reksadana saham sebear 8%-10% di akhir tahun. "Meski ada sentimen kenaikan suku bunga The Fed, mudah-mudahan laporan keuangan kuartal ketiga nanti positif sehingga bisa menopang indeks," kata Wawan.

Adapun, Wawan memproyeksi kinerja rata-rata reksadana pasar uang akan berada di kisaran 4%-5% seiring dengan potensi kenaikan suku bunga yang berdampak positif pada imbal hasilnya. Sementara itu, beban dari pasar obligasi akan ikut menekan kinerja indeks reksadana campuran sehingga diproyeksi hanya akan menoreh imbal hasil 2%-3% pada akhir 2018 nanti.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×