kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.914.000   24.000   1,27%
  • USD/IDR 16.326   31,00   0,19%
  • IDX 7.891   -53,11   -0,67%
  • KOMPAS100 1.111   -9,64   -0,86%
  • LQ45 829   2,03   0,24%
  • ISSI 266   -2,45   -0,91%
  • IDX30 429   0,72   0,17%
  • IDXHIDIV20 496   2,85   0,58%
  • IDX80 125   0,16   0,13%
  • IDXV30 131   0,34   0,26%
  • IDXQ30 139   0,61   0,44%

Rupiah dan obligasi tergerus isu inflasi


Kamis, 26 April 2012 / 10:16 WIB
Rupiah dan obligasi tergerus isu inflasi
ILUSTRASI. Proyeksi pergerakan rupiah pada kuartal kedua tahun ini


Reporter: Dupla Kartini, Bloomberg | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Nilai tukar rupiah dan harga obligasi melemah tipis pada perdagangan pagi ini (26/4). Pasar kembali mencemaskan lonjakan inflasi terkait rencana pemerintah membatasi subsidi bahan bakar. Isu tersebut mengalahkan optimisme investor terhadap pemulihan ekonomi di Amerika Serikat.

Pasangan (pair) dollar AS dan rupiah (USD/IDR) diperdagangkan di level 9.197 pada pukul 9.27 di Jakarta, dibandingkan posisi kemarin di 9.193.

Sementara, harga obligasi cenderung tertekan, yang terlihat dari yield obligasi patokan pemerintah bertenor 10 tahun yang naik tipis ke level 5,91%. Pada pekan ini, yield tersebut tercatat sudah naik tiga basis poin.

Pada 23 April lalu, Dirjen Migas Kementrian ESDM Evita Legowo menyebut, kebijakan pembatasan penjualan BBM bersubsidi akan di mulai bulan depan, guna meringankan beban pada defisit anggaran. Isu ini kembali menjadi sentimen negatif di pasar.

Padahal, sebelumnya, pasar masih diwarnai sentimen positif. Itu lantaran The Fed menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi AS di tahun ini, dari semula 2,7% menjadi 2,9%.

Wiwig Santoso, kepala treasury di PT Bank DBS Indonesia menilai, rupiah akan cukup stabil pada level saat ini. "Pasar masih mengamati dampak potensial dari kemungkinan perubahan subsidi. Di sisi lain, pasar lebih yakin ekonomi AS berjalan baik," ujarnya.

Sementara itu, Bank Indonesia mengaku telah mengurangi intensitas intervensi untuk menstabilkan rupiah. Kemarin, Direktur penelitian kebijakan ekonomi dan moneter Bank Indonesia Perry Warjiyo menyebut, bank sentral lebih memilih untuk memperkuat rupiah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Powered Scenario Analysis Procurement Strategies for Competitive Advantage (PSCA)

[X]
×