Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Yudho Winarto
Sutopo menjelaskan saat ini rupiah sejatinya memiliki titik keseimbangan di level Rp 15.000 per dolar AS. Namun ia melihat rupiah masih mungkin melanjutkan penguatan dan menguji level support Rp 14.750 yang berada pada level 61,8%.
“Maksimum penguatan untuk akhir semester I di level Rp 14.500 per dolar AS. Pelemahan juga sangat dimungkinkan kembali, mengingat pasar valuta adalah pasar yang sensitif ketika fundamental ekonomi global mengalami penurunan,” tambah Sutopo.
Baca Juga: Jaga Stabilitas Rupiah, Kepemilikan BI di SBN Tembus Rp 261,63 triliun
Oleh sebab itu, jika pelemahan terjadi, Sutopo melihat rupiah berpeluang ada di level Rp 15.250 per dolar AS pada akhir semester I. Namun Sutopo memperkirakan rupiah cenderung akan ranging kembali di harga tengah Rp 15.000 per dolar AS.
Sementara Fikri mengatakan, prospek pergerakan rupiah bergantung pada berakhirnya pandemi virus corona di Indonesia. Jika akhir Mei - awal Juni adalah puncak pandemi, prospek rupiah akan terapresiasi. Sementara jika pandemi ternyata lebih panjang, maka rupiah akan cenderung terdepresiasi.
“Puncak penyebaran sangat berkaitan dengan recovery ekonomi dan sosial masyarakat setelah pandemi. Jika ternyata akhir Mei - awal Juni adalah puncak pandemi, kemungkinan besar rupiah sudah akan kembali berada di angka Rp 14.000 - Rp 14.500 pada akhir tahun nanti,” tegas Fikri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News