kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rupiah dalam tren positif belakangan ini, seperti apa prospek ke depannya?


Minggu, 03 Mei 2020 / 22:22 WIB
Rupiah dalam tren positif belakangan ini, seperti apa prospek ke depannya?
ILUSTRASI. Karyawan menghitung uang rupiah dan dolar AS di Bank Mandiri Syariah, Jakarta, Senin (20/4/2020). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat pada penutupan perdagangan Senin (20/4) sebesar 52 poin atau 0,34 persen ke level Rp15.412 per


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah babak belur dihantam pandemi virus corona, nasib rupiah perlahan membaik. Sempat menyentuh level terburuknya di level Rp 16.575 per dolar Amerika Serikat (AS) pada 23 Maret silam, kini rupiah sudah berbalik arah.

Pada akhir perdagangan Kamis (30/4), rupiah ditutup di level Rp 14.882 per dolar AS. Dengan demikian, sejak level terburuknya, rupiah sudah berhasil menguat 10,21%. Perpaduan sentimen internal dan eksternal menjadi latar belakang penguatan rupiah beberapa pekan terakhir.

Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo menuturkan dari luar, sentimen pemberian stimulus, buruknya kinerja manufaktur dan data ekonomi berbagai negara menjadi katalis positif bagi rupiah.

Baca Juga: Rupiah diprediksi akan bergerak terbatas pada perdagangan Senin (4/5)

Sementara dari dalam negeri, paket stimulus yang dikeluarkan oleh Kementerian Keuangan (Kemenkeu) dan Bank Indonesia (BI) turut menjadi katalis positif. Pasalnya sejauh ini, aura positif dan optimisme Indonesia sangat kuat, seiring Gubernur BI berulang kali memberikan konferensi dan memberikan optimisme ekonomi Indonesia sejak penyebaran virus di bulan Maret lalu.

“Semua hal ini baik untuk iklim investasi ke depan. Sehingga tak mengherankan rupiah berada dalam tren positif belakangan ini,” ujar Sutopo kepada Kontan.co.id, Minggu (3/5).

Sementara Head of Economics Research Pefindo Fikri C Permana melihat pergerakan rupiah saat ini tengah menunjukkan rupiah kembali bergerak ke nilai riilnya.

“Efek dari penguatan rupiah ini menandakan kepercayaan dan likuiditas rupiah semakin baik, setidaknya dibanding 2 bulan terakhir,” kata Fikri.

Sutopo menjelaskan saat ini rupiah sejatinya memiliki titik keseimbangan di level Rp 15.000 per dolar AS. Namun ia melihat rupiah masih mungkin melanjutkan penguatan dan menguji level support Rp 14.750 yang berada pada level 61,8%.

“Maksimum penguatan untuk akhir semester I di level Rp 14.500 per dolar AS. Pelemahan juga sangat dimungkinkan kembali, mengingat pasar valuta adalah pasar yang sensitif ketika fundamental ekonomi global mengalami penurunan,” tambah Sutopo.

Baca Juga: Jaga Stabilitas Rupiah, Kepemilikan BI di SBN Tembus Rp 261,63 triliun

Oleh sebab itu, jika pelemahan terjadi, Sutopo melihat rupiah berpeluang ada di level Rp 15.250 per dolar AS pada akhir semester I. Namun Sutopo memperkirakan rupiah cenderung akan ranging kembali di harga tengah Rp 15.000 per dolar AS.

Sementara Fikri mengatakan, prospek pergerakan rupiah bergantung pada berakhirnya pandemi virus corona di Indonesia. Jika akhir Mei - awal Juni adalah puncak pandemi, prospek rupiah akan terapresiasi. Sementara jika pandemi ternyata lebih panjang, maka rupiah akan cenderung terdepresiasi.

“Puncak penyebaran sangat berkaitan dengan recovery ekonomi dan sosial masyarakat setelah pandemi. Jika ternyata akhir Mei - awal Juni adalah puncak pandemi, kemungkinan besar rupiah sudah akan kembali berada di angka Rp 14.000 - Rp 14.500 pada akhir tahun nanti,” tegas Fikri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×