kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.794   1,00   0,01%
  • IDX 7.460   -19,91   -0,27%
  • KOMPAS100 1.153   -1,43   -0,12%
  • LQ45 914   0,41   0,05%
  • ISSI 225   -1,12   -0,49%
  • IDX30 472   0,95   0,20%
  • IDXHIDIV20 569   1,36   0,24%
  • IDX80 132   0,02   0,01%
  • IDXV30 140   0,92   0,66%
  • IDXQ30 157   0,24   0,16%

Rupiah Berpotensi Menguat ke Level Rp 15.800 Per Dolar AS di Akhir 2024


Rabu, 03 Juli 2024 / 21:43 WIB
Rupiah Berpotensi Menguat ke Level Rp 15.800 Per Dolar AS di Akhir 2024
ILUSTRASI. Dolar Amerika Serikat (AS) diperkirakan datar sebelum akhirnya melemah pada semester kedua 2024. Potensi pelemahan dolar AS ini membuka peluang naiknya rupiah dan berbagai mata uang lainnya.


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Dolar Amerika Serikat (AS) diperkirakan datar sebelum akhirnya melemah pada semester kedua 2024. Potensi pelemahan dolar AS ini membuka peluang naiknya rupiah dan berbagai mata uang lainnya.

FX Strategist, Global Financial Markets DBS Bank, Terence Wu mengatakan, dolar AS akan melemah di semester kedua 2024. Dolar AS (USD) mungkin akan bergerak datar (sideways) terlebih dahulu di kuartal ketiga, hingga akhirnya cenderung melemah saat pemangkasan suku bunga kian dekat di kuartal empat.

Menurut Terence, rupiah juga masih sulit menguat karena terseret pelemahan mata uang kawasan Asia seperti Chinese Yuan (CNY) dan Japanese yen (JPY). Sehingga, kuartal keempat dipandang sebagai momentum yang lebih tepat bagi kurs rupiah bisa naik terhadap dolar AS.

“Pandangan kami untuk rupiah di kuartal ketiga masih cenderung sideways, baru akan menguat di kuartal keempat saat The Fed turunkan suku bunga yang melemahkan dolar,” ujar Terence dalam diskusi bersama Bank DBS Indonesia, Rabu (3/7).

Baca Juga: Mata Uang Jepang dan Australia, Pilihan Menarik Investasi Valas di Semester II-2024

Namun demikian, Terence bilang, bukan berarti rupiah bisa sepenuhnya lepas dari tekanan saat dolar AS bergerak datar. Kuartal ketiga mungkin kita masih akan melihat rupiah melemah tetapi tidak signifikan. Sekali lagi, faktor pelemahan rupiah berasal dari lesunya mata uang kawasan Asia seperti CNY dan JPY.

Equities Specialist DBS Group Research Maynard Arif menambahkan, pada semester kedua diperkirakan imbal hasil US Treasury diperkirakan merosot seiring rencana suku bunga dipangkas. Pada akhirnya, kondisi yield US Treasury tersebut turun bisa menguntungkan rupiah karena selisih atau spread berpotensi melebar dengan Yield Surat Utang Indonesia.

“Jadi faktor penting yang juga memengaruhi adalah perbedaaan suku bunga Fed dan suku bunga Bank Indonesia (BI),” kata Maynard.

Sementara itu, Maynard mengungkapkan, Bank DBS Indonesia mengasumsikan Bank Indonesia (BI) belum akan menurunkan suku bunga tahun ini. BI tidak akan mendahului the Fed terkait suku bunga.

Dengan faktor-faktor tersebut, Bank DBS Indonesia memperkirakan rupiah di akhir tahun bakal menguat ke level Rp 15.800 per dolar AS. Pada kuartal ketiga, nilai tukar rupiah diperkirakan datar di kisaran Rp 16.000 – Rp 16.500 per dolar AS. Sedangkan pada kuartal empat, rupiah diproyeksi bergerak sedikit di bawah Rp 16.000 per dolar AS.

Pengamat Mata Uang dan Komoditas, Lukman Leong menuturkan, tekanan dolar AS terhadap rupiah tentunya akan mereda apabila the Fed memangkas suku bunga dua kali hingga akhir tahun. Namun, kemungkinan hal yang sama juga akan terjadi terhadap mata uang regional lainnya.

“Rupiah mungkin sedikit lebih diuntungkan apabila BI dan pemerintah bisa memanfaatkan hal ini, antara mempertahankan suku bunga tinggi agar rupiah menguat kembali atau menurunkannya untuk mendukung ekonomi,” jelas Lukman saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (3/7).

Menurut Lukman, apabila tidak ada kejutan lain, rupiah bisa menguat dikisaran Rp16.000 di akhir tahun 2024. Di samping itu, beberapa mata uang dapat dicermati untuk memanfaatkan potensi turunnya dolar AS.

Lukman menyebutkan, Japanese Yen (JPY) dan Franc Swiss (CHF) mungkin paling menarik diantara sekeranjang mata uang. Dia memperkirakan, JPY berpotensi kembali ke level 150 di akhir tahun dan CHF ke level 0.8750.

Swiss National Bank (SNB) sendiri sudah dua kali memangkas suku bunga, sehingga tidak banyak ruang bagi mereka untuk terus memangkasnya. Bank of Japan (BoJ) tentunya tidak akan memangkas suku bunga. Selain itu, dengan siklus pemangkasan suku bunga oleh bank-bank sentral dunia dimulai, JPY yang selama ini tertekan dapat berbalik menguat.

“CHF dan JPY juga adalah safe haven. Jadi dari berbagai mata uang dunia, keduanya mungkin paling menarik,” imbuh Lukman.

Baca Juga: Rupiah Ditutup Menguat ke Rp 16.371, Simak Proyeksi Untuk Kamis (4/7)

Maynard menilai, harga Yen Jepang yang secara historis memang sudah murah memberikan kesempatan untuk mengoleksinya sebelum berbalik menguat. Sebab, Bank of Japan (BoJ) sudah meninggalkan kebijakan suku bunga negatif, sehingga diproyeksi bakal tingkatkan suku bunga di masa mendatang.

Di sisi lain, prospek dolar AS diperkirakan lemah seiring rencana pemangkasan suku bunga Federal Reserve. Jadi pasangan mata uang USDJPY dapat dimanfaatkan untuk semester kedua tahun ini.

Selain itu, Australian Dolar (AUD) juga bisa dicermati untuk semester kedua 2024. AUD diunggulkan karena keterlambatan dalam lintasan penurunan suku bunga Reserve Bank Australia (RBA) di pertengahan tahun 2025 akan memberikan dukungan kepada AUD.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×