Reporter: Petrus Sian Edvansa | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Nilai tukar rupiah ditutup melemah pada akhir pekan (7/10) terhadap dollar Amerika Serikat. Namun, optimisme terhadap penguatan rupiah masih berkembang di pasar.
Sekadar mengingatkan, pasangan USD/IDR kembali naik Jumat lalu, menjadi 12.989. Dollar AS menguat 0,02% dibanding penutupan hari sebelumnya yang ditutup di level Rp 12.987 per dollar AS.
Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) di Bank Indonesia juga menunjukkan pelemahan rupiah ke level Rp 13.002 per dollar AS.
Pengamat ekonomi dan pasar uang Farial Anwar melihat, pelemahan pada akhir pekan kemarin adalah hal yang wajar. "Koreksinya juga tidak terlalu banyak dan signifikan," ungkap dia.
Dia percaya, sentimen dari dalam negeri masih cenderung baik, Contohnya, berlanjutnya program pengampunan pajak (tax amnesty) dan kenaikan cadangan devisa negara.
Farial yakin, peminat program amnesti pajak tetap akan marak di periode kedua yang berlangsung mulai Oktober hingga Desember ini. "Tapi karena masih di masa awal periode dua, orang yang melaporkan hartanya belum terlalu banyak," kata dia.
Selain itu, dia juga optimistis, cadangan devisa negara pada akhir september yang melonjak ke US$ 115,7 miliar dapat membantu memperkuat mata uang Garuda di pekan depan.
Penerimaan devisa ini antara lain bersumber dari pajak, devisa migas, serta penarikan pinjaman luar negeri pemerintah. Cadangan devisa ini mampu membiayai sekitar 8 bulan impor dan pembayaran utang, di atas standar kecukupan yang cuma tiga bulan.
Untuk sepekan ke depan, Farial menilai, pelaku pasar harus mencermati aksi ambil untung yang dilakukan di pasar modal. "Apabila investor asing ramai-ramai jual saham di bursa, maka rupiah yang didapat akan ditukarkan dengan dollar AS. Ini dapat mengganggu penguatan rupiah," kata dia.
Selain itu, dilihat dari faktor eksternal, Farial merasa wacana penaikan suku bunga acuan The Fed masih menjadi sentimen utama terganggunya nilai rupiah. Tapi tebakan Farial, kenaikan suku bunga AS tidak akan terjadi dalam waktu dekat. "Bahkan mungkin juga terjadi setelah akhir tahun 2016," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News