kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.405.000   -9.000   -0,64%
  • USD/IDR 15.370
  • IDX 7.722   40,80   0,53%
  • KOMPAS100 1.176   5,28   0,45%
  • LQ45 950   6,41   0,68%
  • ISSI 225   0,01   0,00%
  • IDX30 481   2,75   0,57%
  • IDXHIDIV20 584   2,72   0,47%
  • IDX80 133   0,62   0,47%
  • IDXV30 138   -1,18   -0,84%
  • IDXQ30 161   0,48   0,30%

Rupiah Berhasil Menguat di Awal Pekan, Intip Sentimen yang Menopangnya


Senin, 09 Januari 2023 / 17:36 WIB
 Rupiah Berhasil Menguat di Awal Pekan, Intip Sentimen yang Menopangnya
ILUSTRASI. rupiah berhasil tampil perkasa dan menguat pada perdagangan hari ini (9/1)


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah berhasil menguat di perdagangan awal pekan ini. Pada Senin, (9/1) rupiah spot ditutup menguat 0,42% ke Rp 15.568 per dolar Amerika Serikat (AS).

Sejalan, rupiah Jisdor juga menguat 0,39% ke level Rp 15.574 per dolar AS pada hari ini. Asal tahu saja, pada Jumat (6/1), rupiah Jisdor berada di level Rp 15.635 per dolar AS.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mencermati bahwa penguatan rupiah dari faktor eksternal berasal dari pelemahan dolar AS. Hal tersebut menyusul rilis data pada hari Jumat yang menunjukkan lebih banyak pendinginan di pasar tenaga kerja di Negeri Paman Sam.

"Pembacaan tersebut meredakan beberapa kekhawatiran bahwa pasar pekerjaan yang kuat akan menjaga inflasi, dan mendorong ekspektasi bahwa Federal Reserve (The Fed) akan memiliki dorongan yang lebih rendah untuk mempertahankan suku bunga lebih tinggi, dalam jangka waktu yang lebih lama," tulis Ibrahim dalam rilis harian, Senin (9/1).

Selain itu, lanjut Ibrahim, China pada hari Minggu (8/1) membuka perbatasannya untuk perjalanan internasional. Langkah tersebut menandai poros terbesar negara itu dari kebijakan ketat nol-Covid, yang menghancurkan pertumbuhan ekonomi selama tiga tahun terakhir.

Tetapi para pedagang masih mempertahankan sikap hati-hati atas China, mengingat bahwa negara itu sedang menghadapi wabah Covid-19 terburuknya setelah melonggarkan sebagian besar tindakan anti-Covid pada bulan Desember.

Baca Juga: Berotot, Rupiah Spot Ditutup Menguat ke Rp 15.568 Per Dolar AS Pada Hari Ini (9/1)

Analis telah memperingatkan bahwa ini berpotensi menunda pemulihan ekonomi, dan menyebabkan volatilitas jangka pendek di pasar. Pembacaan ekonomi baru-baru ini dari China melukiskan gambaran muram bagi negara tersebut.

Ibrahim menambahkan, fokus pelaku pasar sekarang ditujukan pada data inflasi indeks harga konsumen AS yang akan dirilis Kamis (12/1).

Pembacaan diharapkan menunjukkan bahwa inflasi mereda lebih lanjut pada bulan Desember, dan kemungkinan akan menjamin langkah The Fed yang kurang hawkish.

Namun, mengingat tren inflasi masih jauh di atas kisaran target Fed, bank sentral baru-baru ini memperingatkan bahwa mereka juga dapat mempertahankan suku bunga lebih tinggi dan lebih lama.

Dari internal, Ibrahim menjelaskan, Indonesia memiliki modal yang baik guna menghadapi tahun 2023. Hal ini terlihat dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang sudah di atas 2019 atau periode sebelum pandemi Covid-19.

Hal tersebut terlihat dari indikator pemulihan ekonomi tumbuh secara merata seperti dari sisi permintaan serta investasi.

Selain itu, Indonesia akan menghadapi tantangan yang berbeda di 2023, seperti kenaikan suku bunga yang beberapa kali lagi dan bertahan setidaknya sampai tahun 2024.

Baca Juga: Perkasa, Rupiah Jisdor Menguat ke Rp 15.574 Per Dolar AS Pada Senin (9/1)

"Itu berarti capital outflow tinggi dan a little bit longer. Selain kenaikan suku bunga, kemungkinan akan terjadi resesi sehingga Indonesia perlu rencana guna memitigasi hal tersebut," papar Ibrahim.

Sebagai modal untuk tahun 2023 adalah cadangan devisa Indonesia di Desember 2022 bertambah US$ 3,2 miliar ke posisi US% 137,2 miliar. Capaian ini berhasil meningkat dibandingkan dengan posisi pada akhir November 2022. Peningkatan posisi cadangan devisa pada Desember 2022 dipengaruhi oleh penerimaan pajak dan jasa, serta penarikan pinjaman pemerintah.

Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,0 bulan impor atau 5,9 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.

Ke depan, BI memandang cadangan devisa tetap memadai, didukung oleh stabilitas dan prospek ekonomi yang terjaga. Seiring dengan berbagai respons kebijakan dalam menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, guna mendukung proses pemulihan ekonomi nasional.

Adapun Ibrahim memproyeksi, rupiah dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp 15.540 - Rp. 15.630 per dolar AS pada perdagangan Selasa (10/1).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×