Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Selama sepekan terakhir kekuatan mata uang garuda terus menurun. Rupiah terus tertekan sentimen global, sementara fundamental dalam negeri belum mampu mendorong penguatan rupiah.
Di pasar spot, nilai tukar rupiah naik tipis 0,07% ke level Rp 14.322 per dollar AS dibandingkan sehari sebelumnya. Selama sepekan rupiah melemah 1%. Sementara di kurs tengah Bank Indonesia (BI) nilai tukar rupiah menguat 0,1% ke level Rp 14.306, namun melemah 0,9% dalam sepekan terakhir.
Nizar Hilmi, analis SoeGee Futures mengatakan, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS belum keluar dari tren melemah. Di samping karena tekanan dollar AS, Nizar melihat rupiah turut tertekan oleh turunnya harga serta lemahnya permintaan komoditas. Maklum, komoditas menjadi andalan ekspor utama Indonesia. "Pemasukan dollar AS berkurang karena ekspor turun. Di saat yang sama permintaan dollar AS juga sedang tinggi," ujarnya.
Paket ekonomi yang diumumkan pemerintah menjelang akhir pekan ini menurut Nizar belum direspon positif oleh market. "Kebijakan ekonomi memang perlu waktu untuk bisa memberi dampak ke rupiah," imbuhnya.
Menurut Nizar pergerakan rupiah sepekan ke depan masih akan dibayangi tekanan dollar AS. Di akhir pekan, pergerakan rupiah tergantung dari keputusan The Fed. Jika suku bunga ditahan, maka kemungkinan dolar akan melemah sehingga rupiah bisa bangkit. Meski demikian, penguatan rupiah hanya terjadi sementara karena tidak didukung kondisi fundamental dalam negeri. Namun, jika suku bunga naik, rupiah akan semakin anjlok.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News