kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Rugi Intraco membengkak, ini pemicunya


Jumat, 10 November 2017 / 19:08 WIB
Rugi Intraco membengkak, ini pemicunya


Reporter: Nisa Dwiresya Putri | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski membukukan kenaikan pendapatan, PT Intraco Penta Tbk (INTA) masih terbebani bisnis jasa keuangan pada triwulan ketiga 2017. Itu sebabnya, kerugian INTA membengkak 577,26% year on year (yoy) menjadi Rp 155,78 miliar.

Proses restrukturisasi yang sedang dijalani PT Intan Baruprana Finance Tbk (IBFN) disebut sebagai salah satu faktor yang memengaruhinya.

Melihat laporan keuangan kuartal III-2017, pendapatan usaha INTA naik 47,96% yoy menjadi Rp 1,52 triliun. Namun, kerugian perusahaan juga melonjak dari Rp 23,00 miliar menjadi Rp 155,78 miliar. EBITDA perusahaan turun 82% yoy, dengan EBIT meningkat 1.096% yoy.

Salah satu komponen pemberat di laporan keuangan INTA adalah turunnya pendapatan dari bisnis pembiayaan. Per September 2016, bisnis pembiayaan INTA menyumbang Rp 101,44 miliar. Namun, per September 2017, bisnis ini justru mencatat kerugian sebesar Rp 51,00 miliar. Sebagaimana diketahui, bisnis pembiayaan INTA dilakukan oleh anak usahanya, yakni PT Intan Baruprana Finance Tbk (IBFN).

"Laporan keuangan kita menyerap rugi IBFN. Sehingga laba kita termakan," tutur Investor Relations INTA Ferdinand, beberapa waktu lalu.

Adapun, IBFN per September 2016 membukukan pendapatan Rp 192,42 miliar. Namun, pendapatan di kuartal III-2017 minus Rp 34,31 miliar. Dengan demikian, kerugian perusahaan membengkak dari Rp 82,21 miliar menjadi Rp 144,10 miliar per September 2017.

Menurut Ferdinand, jika menggunakan angka yang dinormalisasi tanpa bisnis pembiayaan, perusahaan masih mencatat perbaikan kinerja di kuartal III-2017. Dalam perhitungannya, tanpa IBFN, INTA membukukan pendapatan sebesar Rp 1,57 triliun, meningkat 71% yoy. Laba kotor juga bisa meningkat 61% yoy, diiringi peningkatan EBITDA sebesar 87% yoy, dan peningkatan EBIT 173% yoy.

Saat ini, IBFN tengah masuk Perkara Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU). Ferdinand bilang, perusahaan berharap perkara IBFN segera selesai. Dengan demikian, harapannya IBFN bisa memanfaatkan momentum stabilitas harga komoditas untuk kembali menyalurkan pembiayaan. "Yang penting kita punya captive market untuk IBFN, tambang saat ini sedang bagus," imbuhnya.

Menurut Ferdinand, di semester I-2018 diharapkan bottom line INTA akan membaik seiring penyelesaian perkara IBFN. Berbekal optimisme dari sektor pertambangan, pertumbuhan pendapatan INTA pada 2018 diharapkan bisa mencapai 20%. Sebagai informasi, di tahun ini INTA juga memasang target pertumbuhan pendapatan sebesar 20% yoy menjadi sekitar Rp 1,80 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×