kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Rugi Garuda membengkak jadi US$ 211,7 juta


Selasa, 22 Juli 2014 / 18:32 WIB
Rugi Garuda membengkak jadi US$ 211,7 juta
ILUSTRASI. OJK menilai, Kresna Life tetap butuh tambahan modal agar perusahaan asuransi ini bisa sehat kembali.


Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Kinerja PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) masih merah. Sepanjang semester I-2014, rugi bersih maskapai terbesar Tanah Air ini melambung menjadi US$ 211,7 juta. 

Jika di-rupiah-kan, rugi Garuda mencapai Rp 2,43 triliun (dengan asumsi Rp 11.500 per dollar AS). Pada periode yang sama tahun lalu, GIAA mencatatkan kerugian US$ 10,92 juta. Dengan begitu, rugi per saham turut naik menjadi US$ 0,00847 dari sebelumnya US$ 0,00048. 

Rugi ini disebabkan beban usaha perseroan melonjak menjadi 14,75% US$ 1,9 miliar dari sebelumnya US$ 1,7 miliar. Beban operasional penerbangan mengalami kenaikan tertinggi dibandingkan beban yang lain. Di sisi lain, GIAA juga tak mampu membukukan pertumbuhan pendapatan.

Total pendapatan usaha GIAA hanya naik tipis dari US$ 1,73 miliar, menjadi US$ 1,74 miliar. Pendapatan dari penerbangan berjadwal memberi kontribusi tertinggi sebesar US$ 1,59 miliar. Sementara pendapatan dari penerbangan tidak berjadwal malah turun 43,6% year on year menjadi US$ 5,9 juta. Sementara pendapatan lainnya berkontribusi sebesar US$ 140,8 juta. 

Kerugian yang diderita GIAA juga berasal dari rugi selisih kurs yang membengkak. Dalam enam bulan pertama tahun ini, GIAA mencatatkan rugi selisih kurs sebesar US$ 12,86 juta. Padahal pada tahun lalu, GIAA masih bisa membukukan keuntungan dari selisih kurs sebesar US$ 1,4 juta.

Garuda memang memiliki eksposur terhadap risiko pasar, diantaranya risiko harga bahan bakar pesawat, nilai tukar mata uang, dan tingkat bunga. Namun, GIAA berupaya melakukan transaksi lindung nilai untuk mengelola risiko bahan bakar pesawat. 

"Ada upaya juga untuk mengelola pemakaian bahan bakar yang efisien," ujar Emirsyah Satar, Direktur Utama GIAA dalam laporan keuangan, Selasa (22/7). Adapun biaya bahan bakar saat ini di kisaran 30%-40% dari rerata biaya operasional perusahaan.

Tak hanya terbeban dari rugi selisih kurs, ekspansi GIAA yang sebagian besar didanai dari utang membuat beban keuangannya membengkak hingga 84,9% menjadi US$ 42,83 juta. Total kewajiban GIAA pun tercatat hingga US$ 1,14 miliar. Sementara ekuitasnya sebesar US$ 1 miliar. 

Pada perdagangan Selasa (22/7), saham GIAA berkubang di zona merah dengan penurunan 0,23% menjadi RP 432 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×