Reporter: Dimas Andi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan yang bergerak di bidang pembangkit listrik PT Megapower Makmur Tbk (MPOW) berupaya bangkit usai kinerjanya lesu di paruh pertama tahun ini.
Sebagai informasi, pendapatan MPOW merosot 37,79% (yoy) menjadi Rp 18,68 miliar di semester I-2020. Di saat yang sama, perusahaan ini menderita kerugian bersih sebanyak Rp 2,48 miliar.
Corporate Secretary Megapower Makmur Arif Abdillah Aldy mengatakan, kerugian bersih yang dialami MPOW tak lepas dari kerugian selisih kurs perusahaan di semester satu lalu yang mencapai Rp 3,61 miliar. Padahal, perusahaan ini sempat membukukan laba selisih kurs sebesar Rp 3,27 miliar.
Baca Juga: Kurang mumpuni, Megapower Makmur (MPOW) cetak rugi Rp 2,48 miliar di semester I-2020
“Selain itu, terdapat juga penurunan daya di sektor operasi yang membuat perusahaan mengalami kerugian,” tambah dia, Sabtu (22/8).
Aldy juga membeberkan, MPOW harus membayar denda sebesar Rp 685,58 juta di semester I-2020. Padahal, jika tidak ada denda tersebut, maka MPOW bisa saja meraih penjualan listrik sebesar Rp 19,36 miliar. MPOW sendiri menjual seluruh energi listriknya kepada PT Perusahaan Listrik Negara (Persero).
Dia beralasan, pihak MPOW harus melakukan perbaikan-perbaikan mesin pembangkit listrik yang beroperasi sehingga hal tersebut mengurangi asupan listrik ke PLN. “Perbaikan mesin cukup memakan waktu. Selama perbaikan, mesin tidak bisa berproduksi,” tambahnya.
Kendati begitu, perbaikan mesin pembangkit dianggap sangat penting untuk menjaga kelangsungan operasi MPOW yang lebih optimal di masa-masa mendatang.
Untuk saat ini dan seterusnya, manajemen MPOW tetap berupaya mengoptimalkan pembangkit-pembangkit yang ada. Kegiatan pemeliharaan mesin pembangkit juga terus diupayakan lebih baik sehingga perusahaan ini dapat mempertahankan atau bahkan meningkatkan produksi listrik.
Aldy menambahkan, sampai saat ini pihaknya masih menjajaki potensi-potensi proyek yang ada. Salah satunya rencana akuisisi dua pembangkit listrik mini hidro di Sulawesi Selatan dan Aceh yang masih dalam tahap peninjauan.
Baca Juga: Meski pendapatan turun 16% di 2019, MPOW optimistis kinerja membaik
Ini mengingat berdasarkan informasi yang didapat manajemen MPOW, kondisi kelistrikan khususnya di wilayah Sulawesi Selatan masih oversupply atau kelebihan pasokan. “Alhasil kami masih menunggu keputusan instansi terkait mengenai perkembangan rencana tersebut,” imbuh Aldy.
Sayangnya, ia belum bisa menyampaikan besaran belanja modal atau capital expenditure (capex) yang dibutuhkan MPOW di tahun ini. Kondisi Indonesia yang sedang dilanda pandemi Covid-19 membuat MPOW bersikap wait and see dan lebih berhati-hati dalam mengalokasikan capex.
Mengutip materi paparan publik beberapa waktu lalu, MPOW mengoperasikan beberapa pembangkit listrik. Di antaranya Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Bengkalis di Riau berkapasitas 2 MW, PLTD Muntok di Bangka Belitung berkapasitas 6 MW, PLTD Toboali 1 dan PLTD Toboali 2 di Bangka Belitung yang masing-masing berkapasitas 3 MW, serta Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM) Bantaeng-1 di Sulawesi Selatan berkapasitas 4,2 MW.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News