Reporter: Dimas Andi | Editor: Anna Suci Perwitasari
Kendati begitu, perbaikan mesin pembangkit dianggap sangat penting untuk menjaga kelangsungan operasi MPOW yang lebih optimal di masa-masa mendatang.
Untuk saat ini dan seterusnya, manajemen MPOW tetap berupaya mengoptimalkan pembangkit-pembangkit yang ada. Kegiatan pemeliharaan mesin pembangkit juga terus diupayakan lebih baik sehingga perusahaan ini dapat mempertahankan atau bahkan meningkatkan produksi listrik.
Aldy menambahkan, sampai saat ini pihaknya masih menjajaki potensi-potensi proyek yang ada. Salah satunya rencana akuisisi dua pembangkit listrik mini hidro di Sulawesi Selatan dan Aceh yang masih dalam tahap peninjauan.
Baca Juga: Meski pendapatan turun 16% di 2019, MPOW optimistis kinerja membaik
Ini mengingat berdasarkan informasi yang didapat manajemen MPOW, kondisi kelistrikan khususnya di wilayah Sulawesi Selatan masih oversupply atau kelebihan pasokan. “Alhasil kami masih menunggu keputusan instansi terkait mengenai perkembangan rencana tersebut,” imbuh Aldy.
Sayangnya, ia belum bisa menyampaikan besaran belanja modal atau capital expenditure (capex) yang dibutuhkan MPOW di tahun ini. Kondisi Indonesia yang sedang dilanda pandemi Covid-19 membuat MPOW bersikap wait and see dan lebih berhati-hati dalam mengalokasikan capex.
Mengutip materi paparan publik beberapa waktu lalu, MPOW mengoperasikan beberapa pembangkit listrik. Di antaranya Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Bengkalis di Riau berkapasitas 2 MW, PLTD Muntok di Bangka Belitung berkapasitas 6 MW, PLTD Toboali 1 dan PLTD Toboali 2 di Bangka Belitung yang masing-masing berkapasitas 3 MW, serta Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM) Bantaeng-1 di Sulawesi Selatan berkapasitas 4,2 MW.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News