kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Risiko investasi Indonesia menurun


Kamis, 05 Maret 2015 / 06:06 WIB
Risiko investasi Indonesia menurun
ILUSTRASI. Intip Kurs Dollar-Rupiah di BRI Jelang Tengah Hari Ini Rabu, 20 September 2023. KONTAN/Carolus Agus Waluyo


Reporter: Noor Muhammad Falih | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia  (BI rate) serta penurunan inflasi, pertanda baik bagi Indonesia. Bahkan risiko investasi  di Indonesia, yang tecermin pada penurunan credit default swap (CDS), juga turun. 

Singkatnya, CDS adalah persepsi risiko investasi suatu negara. Kian rendah angka CDS makin rendah pula risiko investasi, pun sebaliknya.

Nah, CDS Indonesia tenor 5 tahun turun ke posisi 136. Sementara CDS berjangka waktu 10 tahun turun ke posisi 209,57. Kini, posisi CDS dua tenor itu berada di level terendah sejak Desember 2014. 

Gerak turunnya CDS mulai konsisten sejak 17 Februari 2015, saat BI menurunkan suku bunga acuan dari 7,75% menjadi 7,5%. "Investor berpikir, dengan penurunan BI rate, korporasi akan lebih agresif berekspansi," ujar I Made Adi Saputra, Analis Fixed Income BNI Securities kepada KONTAN, kemarin.

Sayang, kendati turun, CDS Indonesia  masih di atas India dan Filipina, dua negara berkembang lain yang tengah naik pamor di mata investor dunia.

Peringkat utang Indonesia juga di bawah  keduanya. Menurut Standard & Poor's, di antara tiga negara itu, Indonesia di peringkat terbawah yakni BB+, India BBB- dan Filipina yang tertinggi dengan BBB.

Global Markets Financial Analyst Manager Bank Internasional Indonesia Anup Kumar menilai, rangking utang itu menandakan Indonesia lebih berisiko dibanding India dan Filipina. Tapi, peringkat utang juga mencerminkan tingkat yield investor. "Semakin baik peringkat utang, makin rendah hasil yang didapat investor," papar Kumar. 

Menurutnya, yield Indonesia masih bisa bersaing dengan India. Indonesia diuntungkan dengan tren deflasi dua bulan terakhir. Tapi, suhu politik India lebih stabil. "Ini penting, karena pemerintah berperan dalam kebijakan fiskal dan moneter," ungkap Kumar. 

Penurunan CDS memicu dana asing di pasar modal Indonesia kian bertambah. Namun menurut Made, investor asing mengkalkulasi dan mengatur ulang portofolio  berdasarkan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS). Tujuannya, menghindari risiko kerugian kurs. 

Celakanya, rupiah diperkirakan terus melemah. Seorang tresuri bank Eropa di Singapura mengatakan, permintaan dollar sebenarnya biasa saja, tapi  terus menerus. "Selain antisipasi The Fed, juga karena pernyataan verbal BI yang tak mau rupiah terlalu kuat," katanya kepada KONTAN.

Ia melihat,  rupiah sulit menguat. Indikasinya, ketika ada penjualan obligasi besar-besaran beberapa waktu lalu, rupiah tetap tersungkur. Ia memprediksi, setelah The Fed menaikkan suku bunga, rupiah bertengger di 13.200- 13.300. Jika sudah begini, bisa jadi   asing mengkalkulasi portofolio mereka dan CDS kita akan kembali naik.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×