kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

CDS naik, yield bertenor pendek terkerek naik


Senin, 13 Oktober 2014 / 11:21 WIB
CDS naik, yield bertenor pendek terkerek naik
ILUSTRASI. Pergerakan IHSG pekan ini diprediksi akan diwarnai berbagai sentimen baik internal maupun eksternal. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/foc.


Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat memicu yield obligasi bertenor pendek terkerek naik.  Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) mencatat, rata-rata yield obligasi pemerintah pada tenor pendek sepanjang pekan lalu naik sebesar 0,8 basis poin.

Padahal yield pada kelompok tenor lainnya justru  mengalami penurunan.  Kelompok tenor menengah, misalnya mencatat rata-rata penurunan yield sebesar 1,6 basis poin.  Demikian juga dengan kelompok tenor panjang yang mengalami rata-rata penurunan yield 4,9 basis poin.  

Rata-rata yield obligasi pemerintah atau IBPA IGBI-Effective Yield Index juga turun dari 8,59% pada Jumat  (3/10) menjadi 8,54% pada Jumat (10/10). Sedangkan rata-rata harga obligasi pemerintah atau IBPA IGBI-Clean Price Index naik dari 110.002 menjadi 110.466 pada periode yang sama. Indeks Obligasi HSBC juga menguat 0,6% dalam sepekan.

Analis IBPA Ayu Ajeng mengatakan fluktuasi yield pada tenor pendek disebabkan oleh aksi jual dan aksi beli dalam sepekan kemarin. "Tekanan naik pada tenor pendek merupakan indikasi naiknya risiko yang dihadapi pelaku pasar," kata Ayu,  Jakarta.

Peningkatan risiko ditandai dengan naiknya credit default swap (CDS) Indonesia bertenor lima tahun sebesar 1,8 basis poin secara week on week akibat tertekannya rupiah. Defisitnya neraca perdagangan serta cadangan devisa menyebabkan pergerakan rupiah  melemah sekitar 0,77% secara week on week dan ditutup di posisi Rp12.272 per dollar AS, akhir pekan lalu.

Selain itu,  kata Ayu,  dipangkasnya proyeksi produk domestik bruto (PDB) negara-negara berkembang di Asia Timur oleh Bank Dunia dari 7,1% menjadi 6,9% di tahun 2014 juga  menjadi faktor negatif bagi pasar obligasi.

Di sisi lain,  sentimen global mendominasi positifnya pasar obligasi domestik. Nota pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) yang dirilis pertengahan pekan lalu cukup melegakan pelaku pasar. Harapan bahwa bank sentral AS,   the Fed tidak menaikan suku bunganya lebih awal, membawa sentimen positif dan menghambat penurunan pasar obligasi lebih dalam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×