Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. PT Rimo Internasional Lestari Tbk (RIMO) nampaknya masih belum menyerah untuk mengubah sektor bisnisnya dari kegiatan perdagangan dan keagenan menjadi sektor properti. Setelah gagal mendapatkan izin efektif aksi korporasi rights issue untuk mengakuisisi properti, RIMO kembali mengajukan prospektus baru rights issue ke Bursa Efek Indonesia (BEI).
Dalam dokumen prospektus itu, RIMO kembali mengajukan Penawaran Umum Terbatas (PUT) untuk menerbitkan saham dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD). Jumlahnya mencapai 28,39 juta saham biasa dengan nilai nominal Rp 250 per saham. Saham yang diterbitkan itu memiliki efek dilusi yang sangat besar, mencapai 98,81%.
Harga saham ditetapkan di level Rp 250 per saham. Jadi dari akrobat ini, RIMO berharap bisa mengantongi dana segar dari pasar sebesar Rp 7,52 triliun. Nilai ini lebih kecil dibandingkan jumlah dana yang dibidik dalam prospektus sebelumnya yakni sebesar Rp 8,1 triliun. RIMO menentukan rasio rights issue sebesar 2:167. Jadi setiap pemegang saham yang memiliki dua saham punya hak atas 167 HMETD.
Sejak 16 April 2014 lalu, saham RIMO masih dihentikan sementara (suspensi) oleh BEI. Saat itu, suspensi dilakukan karena ada peningkatan harga saham yang tidak disertai kinerja keuangan yang memadai. Saat disuspen, harga saham RIMO berada di level Rp 190 per saham.
Apabila saham yang ditawarkan dalam PUT I ini tidak seluruhnya diambil oleh pemegang saham, maka sisanya akan dialokasikan kepada pemegang saham lainnya yang melakukan pemesanan lebih besar dari haknya. Lalu jika setelah alokasi tersebut masih terdapat sisa saham yang ditawarkan, maka para pembeli siaga akan membeli semua sisa saham yang tidak diambil bagian tersebut di harga yang sama.
Saat ini, pemegang saham RIMO terdiri dari PT Optima Kharya Capital Securities sebesar 15,35%, PT Inti Fikasa Securindo 14,9%, Paul Issacc Palletimu 11,1%, BEnny Setiamihardja sebesar 8,38%, PT Rimo Indonesia Lestari sebesar 10,54% dan sisanya sebesar 39,7% dimiliki oleh publik.
RIMO akan menjadi pintu masuk perusahaan properti bernama PT Hokindo Mediatama untuk mendarat di pasar modal. Pasalnya, dana rights issue sebesar 77,45% atau Rp 5,8 triliun akan digunakan untuk mengakuisisi Hokindo yang dijual oleh PT Fajarindah Megah Perkasa. Sementara sebesar Rp 1,6 triliun akan digunakan untuk penambahan penyertaan modal saham pada Hokindo. Sisanya, digunakan untuk membayar kewajiban dan modal kerja.
Hokindo bergerak di bidang properti untuk perkotaan yang berbasis di sejumlah wilayah. Seperti, Jakarta, Cianjur, Serang, Sumbawa, Banjarmasin, Kendari, Balikpapan, Pontianak dan Bekasi.
Hokindo juga berencana melakukan diversifikasi bisnis dengan mengembangkan apartemen, mall, superblock, warehouse dan kompleks perumahan. Total landbank perseroan hampir mencapai 1.200 hektare (ha).
Nah, dalam prospektus baru ini, RIMO belum menyebutkan siapa pembeli siaganya. Pada pengajuan rights issue sebelumnya, pembeli siaga rights issue RIMO adalah hedge fund bernama Haven Capital Pte Ltd yang mengelola Have Fund II.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News