Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Khomarul Hidayat
Di tengah periode rights issue ini, sejumlah jajaran direksi WIKA tercatat ikut membeli saham Wijaya Karya. Melansir keterbukaan informasi, Direktur Utama WIKA Agung Budi Waskito membeli 1,25 juta saham Wijaya Karya.
Lalu, Direktur Operasi I WIKA Hananto Aji memborong 1,26 juta saham, Direktur Operasi II WIKA Harum Akhmad Zuhdi membeli 1,26 juta saham, dan Ex- Direktur Operasi III WIKA Rudy Hartono borong 1,52 juta saham.
Kemudian, Ex-Direktur QHSE WIKA Ayu Widya Kiswari, Direktur Keuangan WIKA Adityo Kusumo, dan Direktur Manajemen Sumber Daya Manusia dan Transformasi WIKA Hadjar Seti Adji masing-masing membeli 510.000 saham.
Terkait hal ini, Mahendra menjelaskan, manajemen WIKA punya keyakinan yang sama terhadap masa depan WIKA.
“Hal ini ditandai dengan pembelian saham oleh pengurus dan manajemen pada saat right issue atas dasar keyakinan tersebut,” ungkapnya.
Mahendra menuturkan, ke depannya WIKA akan mengakselerasi pembangunan Proyek Strategis Nasional (PSN) dan Ibu Kota Negara (IKN) sesuai dengan peruntukkan dari rights issue.
Berdasarkan prospektus rights issue WIKA, dana hasil aksi korporasi ini akan digunakan untuk modal kerja. Ini mencakup penyelesaian PSN, IKN, dan proyek lainnya.
WIKA juga tengah mengupayakan pembangunan proyek tersebut dapat berjalan dengan baik dan selesai sesuai dengan target waktu maupun kualitas.
“Langkah untuk mendorong pembangunan proyek ini juga berjalan bersamaan dengan implementasi 8 metode stream penyehatan yang bertujuan untuk memperkuat fundamental WIKA demi mewujudkan bisnis yang berkelanjutan,” kata Mahendra.
Sebagai informasi, pendapatan bersih WIKA menurun 18,75% year on year (YoY) menjadi Rp 3,53 triliun per Maret 2024. Sementara, WIKA harus menanggung jumlah beban lain-lain sebesar Rp 1,23 triliun di kuartal I 2024, naik dari Rp 604,99 miliar di periode yang sama tahun lalu.
Alhasil, WIKA harus menanggung rugi yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk meningkat menjadi Rp 1,13 triliun.