Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Khomarul Hidayat
Pengamat pasar modal sekaligus Direktur Avere Investama, Teguh Hidayat melihat, rights issue WIKA sejak awal memang sudah bermasalah. Menurutnya, aksi rights issue berarti perusahaan menerbitkan saham baru untuk kemudian ditebus investor publik. Artinya, perusahaan mengoleksi dana dari investor.
“Artinya, WIKA menjual saham. Namun, WIKA tengah bermasalah secara keuangan dan saham sedang suspensi. Seharusnya mereka tidak bisa mereka melakukan rights issue, karena tidak bisa menjual saham,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (22/5).
Sehingga, tak heran jika porsi publik hanya diserap WIKA sebesar Rp 87,9 miliar dalam aksi rights issue ini. Bahkan, hal tersebut termasuk bagus, mengingat seharusnya publik tidak tertarik sama sekali untuk membeli saham perusahaan yang kinerjanya kurang.
“Bahkan, seharusnya WIKA tidak lulus screening dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk mendapatkan izin mengoleksi dana publik. WIKA seharusnya hanya bisa dapat dana dari Pemerintah lewat PMN, jangan ajak investor publik,” kata Teguh.
Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia Budi Frensidy menilai, investor tidak tertarik untuk berpartisipasi pada aksi rights issue WIKA karena rasio utang yang masih sangat tinggi. Sementara, WIKA juga masih mengalami rugi selama dua tahun terakhir dan cash flow juga negatif.
“Apalagi harga tebus untuk rights issue ini jauh di atas harga pasar. Seharusnya, tidak ada investor yang tertarik,” ujarnya kepada Kontan, Jumat (24/5).
Budi pun menyarankan, WIKA untuk menurunkan rasio utang, serta membuat laporan keuangan menjadi laba dan arus menjadi kas positif.
Pengamat Pasar Modal & Founder WH-Project William Hartanto melihat, saham WIKA dalam tren melemah dengan level support Rp 100 per saham dan resistance Rp 145 per saham. William pun merekomendasi wait and see untuk saham WIKA.
Equity Analyst Kanaka Hita Solvera, William Wibowo melihat, pergerakan saham WIKA berada di level support Rp 100 per saham dan resistance Rp 140 per saham. William juga merekomendasikan wait and see untuk saham WIKA.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News