Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga komoditas energi tampaknya tak berjalan beriringan sepanjang tahun 2018. Tapi, harga batubara lebih mampu bertahan menghadapi tekanan jika dibandingkan dengan harga minyak.
Pada Senin (24/12), harga batubara Newcastle untuk pengiriman Januari 2019 di ICE Futures berada di US$ 103 per metrik ton. Harga batubara ini turun 0,14% dari posisi akhir pekan lalu. Tapi, harga batubara telah menguat 14,83% secara year to date.
Harga komoditas energi ini mencapai level tertinggi tahun ini pada US$ 115,45 per metrik ton pada 3 Oktober, di tanggal yang sama dengan posisi tertinggi harga minyak mentah tahun ini. Dari level tertinggi tersebut, harga batubara turun 10,78%. Sedangkan harga terendah batubara adalah US$ 84,35 per metrik ton pada 26 Maret.
Sementara harga minyak menyentuh level terendah tahun ini pada Senin (21/12). Harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari 2019 di New York Mercantile Exchange berada di US$ 42,53 per barel, turun 6,71% dari akhir pekan lalu.
Harga minyak ini turun 44,01% dari level tertinggi tahun ini pada US$ 75,96 per barel yang tercapai 3 Oktober, dan turun 25,91% secara year to date.
Analis PT Central Capital Futures, Wahyu Tribowo Laksono mengatakan, sentimen positif dan negatif memang cenderung tarikmenarik harga batubara. Sentimen positif sempat bergulir terkait isu perdamaian perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China. Sementara sentimen negatif datang dari permintaan yang lesu dan pembatasan impor China.
“Pelemahan pada kuartal I dan kuartal III 2018 itu wajar,” Wahyu kepada Kontan.co.id, Senin (24/12). Karena selama tahun ini pasar banyak yang menyimpan cadangan batubara dalam jumlah besar.
Di samping itu kata Wahyu, National Development and Reform Commission (NDRC) China juga tidak bisa membiarkan harga batubara terlalu tinggi. Sebab, ini akan menekan pelaku pasar dan perusahan pembangkit listrik.
Sentimen lainnya yakni NDRC China yang memerintahkan sejumlah pelabuhan utama untuk menghentikan izin impor batubara. Hanya sektor pembangkit listrik yang dapat mengajukan keringanan ke NDRC.
Kebijakan ini dilakukan pemerintah China dalam rangka menjaga harga batubara domestik tetap tinggi hingga akhir tahun ini. Selain itu, kondisi stok yang berlebih di China juga menjadi alasan pemerintah untuk membatasi impor batubara.
Wahyu berpendapat secara fundamental dalam jangka panjang persediaan dan penawaran batubara masih berpotensi tumbuh. Permintaan untuk batubara sangat besar seiring dengan pertumbuhan ekonomi Asia. Permintaan paling besar berasal dario China, India, Jepang, dan Korea.
“Sejauh ini harga batubara masih bagus dibanding komoditas lainnya,” tutur Wahyu (24/12). Dia memperkirakan harga batubara akan berada di kisaran US$ 100–US$ 106 per metrik ton besok.
Sementara itu pada 2019 tren harga batubara akan berada di level US$ 100 per metrik ton dengan rentangnya di US$ 90–US$ 100 per metrik ton.
“Kemungkinan Rabu besok saat pembukaan perdagangan terakhir tahun ini akan menguat,” kata Direktur Utama, PT Garuda Berjangka, Ibrahim kepada Kontan.co.id, Senin (24/12).
Ibrahim memprediksi harga batubara besok berada di level support US$ 103,00 per barel dengan resistance US$ 104,50 per barel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News