Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Kinerja reksadana berdenominasi dollar Amerika Serikat (AS) jenis saham paling berkilau sepanjang tahun berjalan 2017.
Merujuk data Infovesta Utama per 20 Maret 2017, rata-rata return reksadana saham dollar mencapai 5,48% sejak awal tahun hingga saat ini (year to date). Disusul performa reksadana dollar jenis campuran 2,39%, pendapatan tetap 2%, serta pasar uang 0,4% periode sama.
Senior Research & Investment Analyst Infovesta Utama Wawan Hendrayana berujar, return reksadana saham dollar ditopang membaiknya perekonomian dunia. Pemicunya sejak Bank Sentral AS alias The Fed mengerek suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 0,75% -1% pada 16 Maret 2017.
"Perekonomian AS yang membaik diharapkan dapat menarik ekonomi negara lain. Salah satu ketidakpastian global jadi menghilang," tukasnya.
Apalagi Gubernur The Fed Janet Yellen menekankan, kenaikan suku bunga lanjutan akan terjadi secara bertahap sembari mencermati rincian kebijakan fiskal Presiden AS Donal Trump. Sehingga pasar berspekulasi kenaikan suku bunga The Fed selanjutnya akan terwujud paling cepat pada semester II 2017.
Aksi yang sesuai dengan ekspektasi pasar ini membuat para investor akhirnya fokus pada fundamental masing-masing negara dan emiten.
Direktur Panin Asset Management Rudiyanto menambahkan, kenaikan harga saham memang terjadi sejak awal tahun 2017. Pemicunya, data perekonomian AS yang terus menunjukkan perbaikan. "Dan ini positif untuk ekonomi secara global dan reksadana saham dollar AS," terangnya.
Senior Research Analyst Pasar Dana Beben Feri Wibowo menuturkan, pertumbuhan imbal hasil reksadana saham dollar sejalan dengan penguatan bursa saham domestik. Kendati The Fed mengerek suku bunganya beberapa waktu lalu, rupiah masih terkendali di kisaran Rp 13.300 - Rp 13.400 per dollar AS. Alhasil, Bank Indonesia berani mempertahankan suku bunga BI 7 - Day repo rate di posisi 4,75%. Inflasi dalam negeri juga cukup terkendali sesuai target pemerintah 4%±1%.
"Sekaligus membuat investor asing di pasar saham berbalik arah dari net sell menjadi net buy sebesar Rp6.08 triliun per 23 Maret 2017," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News