kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Return obligasi korporasi masih berpotensi terkoreksi


Rabu, 10 Oktober 2018 / 20:53 WIB
Return obligasi korporasi masih berpotensi terkoreksi
ILUSTRASI. Aktivitas di Mandiri Sekuritas Jakarta


Reporter: Dimas Andi | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Walau saat ini cenderung stabil, kinerja obligasi korporasi tetap bisa terkoreksi akibat gejolak pasar. Belum lagi, penerbitan instrumen ini terancam melambat akibat berbagai sentimen negatif di pasar obligasi.

Berdasarkan data Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), INDOBeX Corporate Total Return masih mampu mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 0,31% (ytd) ke level 253,96 hingga Rabu (10/10). Hasil ini lebih baik ketimbang kinerja INDOBeX Government Total Return yang sudah terkoreksi 5% (ytd) ke level 226,24.

Research Analyst Capital Asset Management, Desmon Silitonga menganggap, biar bagaimanapun kinerja obligasi korporasi tetap terpapar oleh sentimen negatif pasar meski pengaruhnya lebih lambat daripada obligasi pemerintah.

“Di awal tahun return indeks obligasi korporasi masih di atas 10% tapi sekarang sudah di bawah 1%. Artinya tekanan jual di obligasi korporasi juga ada,” paparnya, hari ini.

Mengingat tren pelemahan rupiah masih berlanjut, bahkan sudah menembus di atas level Rp 15.000 per dollar AS, tidak menutup kemungkinan kinerja indeks obligasi korporasi akan ikut tergerus ke area minus seperti obligasi pemerintah. Namun, Desmon yakin perbedaan karakteristik yang dimiliki obligasi korporasi mampu membuat tingkat penurunan kinerja instrumen tersebut tidak terlalu dalam.

Walau terlihat masih cukup menjanjikan dari sisi kinerja, obligasi korporasi masih harus berhadapan dengan risiko perlambatan penerbitan di tengah tren kenaikan suku bunga acuan dan yield obligasi pemerintah. Apalagi, sentimen-sentimen tersebut membuat investor lebih berhati-hati untuk berinvestasi obligasi korporasi.

Sebagai contoh, Federal International Finance (FIF) bulan lalu hanya memperoleh dana sebesar Rp 1,3 triliun dari penerbitan Obligasi Berkelanjutan III FIF Tahap IV Tahun 2018. Padahal, perusahaan menargetkan jumlah pokok penerbitan obligasi sebesar Rp 1,5 triliun.

Menurut Desmon, kondisi seperti ini memang serba sulit. Sebab, di satu sisi kinerja harga obligasi korporasi masih cukup meyakinkan, namun di sisi lain suplai bisa terganggu jika perusahaan menunda penerbitan obligasinya akibat beban pembayaran kupon yang makin tinggi.

Catatan IBPA, hari ini rata-rata spread kupon obligasi korporasi berperingkat AAA dan obligasi pemerintah untuk tenor 5 tahun mencapai 155,33 bps. Spread makin tinggi jika perusahaan yang bersangkutan mendapat peringkat lebih rendah. Padahal, yield obligasi FR0063 yang bertenor 5 tahun saat ini sudah menembus level 8,23%.

“Mungkin sekarang rata-rata kupon obligasi korporasi bisa di atas 9%, bahkan untuk tenor di bawah 5 tahun. Risiko cost of fund yang meningkat mau tidak mau harus dihadapi oleh penerbitnya,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×