Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak pada hari ini kembali menunjukan peforma yang ciamik. Sentimen positif dari kelanjutan pemangkasan porduksi minyak oleh Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) dan OPEC+.
Mengutip Bloomberg, Selasa (11/6) pukul 20.45 WIB harga minyak jenis west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli 2019 di New York Mercantile Exchange ada di level US$ 53,82 per barel, naik 1,05% dibanding harga penutupan kemarin di level US$ 53,26 per barel.
Analis Monex Investindo Futures Andian mengatakan harga minyak stabil naik terdorong oleh ekspektasi OPEC dan sekutunya yang masih akan menahan jumlah persediaan, sebagai upaya pencegahan pelemahan harga minyak mentah di tengah perlambatan ekonomi secara merata dan berpotensi mendukung penguatan harga.
Dikabarkan OPEC dan sekutunya OPEC+ akan kembali bertemu pada akhir bulan Juni atau awal bulan Juli untuk membahas kebijakan pembatasan produksi hingga akhir tahun 2019.
Dalam pertemuan ini, OPEC terlihat akan tetap melanjutkan pemangkasan produksi hingga akhir tahun. Namun di tengah optimisme tersebut Rusia sepertinya belum memutuskan untuk turut dalam program pemangkasan tersebut.
Sinyal tersebut datang setelah Menteri Energi Rusia mengatakan bahwa mereka akan memantau perkembangan pasar sebelum mengambil peran serupa dengan OPEC.
Bila dilihat, kebijakan OPEC ini mampu menopang laju harga minyak lebih dari 40% pada tahun ini hingga bulan April lalu. Sebagai catatan OPEC beserta sekutunya Rusia sepakat untuk memangkas produksi hingga 1,2 juta barel per hari selama paruh pertama tahun ini. Sedangkan untuk hari ini dorongan yang masih membantu harga minyak kembali di jalur hijau adalah kebijakan Trump membatalkan tarif impor kepada Meksiko.
Selanjutnya pada pekan ini pergerakan harga minyak akan kembali dibayangi data persediaan minyak mingguan AS yang akan dirilis oleh API dan EIA.
Andian meramal dalam analisisnya, Selasa (11/6) harga minyak dalam perdagangan selanjutnya bakal berkutat di level support US$ 53,10, US$ 52,60, dan US$ 51,25 per barel. Sementara level resistance antara US$ 54,25, US$ 54,80, dan US$ 56,15 per barel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News