kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.739   21,00   0,13%
  • IDX 7.480   0,54   0,01%
  • KOMPAS100 1.157   2,51   0,22%
  • LQ45 918   4,40   0,48%
  • ISSI 226   -0,78   -0,35%
  • IDX30 474   2,88   0,61%
  • IDXHIDIV20 571   3,56   0,63%
  • IDX80 132   0,52   0,39%
  • IDXV30 140   1,17   0,84%
  • IDXQ30 158   0,64   0,41%

Harga minyak cenderung flat menunggu keputusan pemangkasan Rusia


Selasa, 11 Juni 2019 / 07:25 WIB
Harga minyak cenderung flat menunggu keputusan pemangkasan Rusia


Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kegagalan harga minyak melanjutkan penguatan masih menahan pergerakan hari ini. Selasa (11/6) pukul 7.11 WIB, harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli 2019 di New York Mercantile Exchange naik 0,13% ke US$ 53,33 per barel dari harga kemarin pada US$ 53,26 per barel.

Meski naik tipis, harga minyak acuan Amerika Serikat (AS) ini masih lebih rendah jika dibandingkan dengan harga akhir pekan lalu pada US$ 53,99 per barel. Sejalan, nasib serupa terjadi pada minyak brent untuk pengiriman Agustus 2019 di ICE Futures.

Harga minyak brent naik tipis 0,05% ke US$ 62,32 per barel dari harga kemarin pada US$ 62,29 per barel. Tapi harga ini masih lebih rendah daripada harga Jumat lalu pada US$ 63,29 per barel.

Kemarin, Menteri Energi Rusia Alexander Novak mengungkapkan bahwa masih ada risiko produsen memompa minyak terlalu banyak. Pernyataan ini menimbulkan spekulasi bahwa Rusia akan mendukung rencana pemangkasan produksi lanjutan pada pertemuan OPEC+ bulan depan.

"Keputusan pemangkasan akan tergantung pada kondisi pasar di semester kedua tahun ini, di kuartal ketiga pada keseimbangan supply dan demand," kata Novak seperti dikutip Reuters.

Novak menambahkan bahwa perang dagang dan sanksi akan memengaruhi arah harga minyak dan keputusan OPEC+ selanjutnya.

Secara terpisah, Menteri Keuangan Rusia Anton Siluanov mengatakan bahwa harga minyak bisa turun hingga ke US$ 30 per barel jika OPEC dan sekutunya tidak memperpanjang pemangkasan produksi.

Sementara Menteri Energi Arab Saudi Khalid al-Falih mengatakan bahwa Rusia merupakan satu-satunya eksportir yang belum menentukan kebutuhan untuk pemangkasan lebih lanjut. "Masih ada debat tentang volume produksi semester kedua di Rusia. Saya menunggu keputusan internal Rusia," kata Falih. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×