Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penurunan harga saham berkapitalisasi besar atawa big caps merontokkan rata-rata kinerja reksadana saham. Namun, beberapa reksadana saham ada yang tetap berkinerja unggul berkat kenaikan harga saham middle caps atawa saham lapis kedua.
Berdasarkan data Infovesta utama, rata-rata kinerja reksadana saham yang tercermin dalam Infovesta 90 Equity Fund Index menurun 9,32% year to date (ytd) hingga akhir Juli. Sementara, beberapa reksadana ada yang tetap berkinerja positif.
Salah satunya, reksadana Trim Kapital Plus dari Trimegah Asset Management (Trimegah AM) yang tumbuh 11,58% ytd. Reksadana saham Trimegah AM yang lain, yaitu Trim Kapital juga catatkan pertumbuhan kinerja 8,68% ytd.
Direktur Utama PT Trimegah Asset Management (Trimegah AM) Antony Dirga mengatakan rata-rata kinerja reksadana saham menurun karena indeks harga saham gabunngan (IHSG) tertekan pelemahan harga saham-saham big caps. Kinerja LQ45 yang menggambarkan kinerja saham big caps tercatat minus 11,96% ytd. Sebagai perbandingan IHSG masih tumbuh 1,52% ytd.
Sedangkan, Antony mengamati mayoritas reksadana saham cenderung berinvestasi pada saham big caps. Alhasil, kinerja mayoritas reksadana saham melemah.
Baca Juga: Aset investasi asuransi jiwa terus tumbuh, paling banyak di reksadana
Namun, reksadana saham milik Trimegah AM termasuk dalam jajaran reksadana yang tetap berkinerja unggul. Antony mengatakan reksadana Kapital Plus memang cenderung fokus pada saham mid to big caps. Dalam memilih aset saham, Antony memperhatikan rasio likuiditas transaksi harian untuk membatasi risiko dala pengelolaan portofolio.
Selama ini, reksadana Trim Kapital Plus juga banyak berinvestasi pada sektor yang dikategorikan new economy, seperti sektor teknologi, logistik, fintech serta lainnya.
Sentimen positif yang mendukung saham new economy menurut Antony adalah, dalam jangka panjang saham kategori tersebut akan diburu investor. Hal serupa juga sudah terjadi di Amerika, China, India di mana saham-saham yang masuk kategori new economy berhasil mengalahkan benchmark utama lebih dari 1 dekade terakhir.
"Agresifitas dalam growth profitability dan juga market share acquisition membuat saham new economy digemari banyak investor," kata Antony.