kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Reksadana pendapatan tetap mendulang tuah BI Rate


Senin, 21 Mei 2018 / 09:38 WIB
Reksadana pendapatan tetap mendulang tuah BI Rate
ILUSTRASI. Ilustrasi untuk Reksadana


Reporter: Dimas Andi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) 7-day reverse repo rate (7-DRR) sebesar 25 basis poin menjadi 4,50% bakal mempengaruhi imbal hasil reksadana. Terutama reksadana dengan aset dasar obligasi dan instrumen pasar uang.

Salah satunya reksadana pendapatan tetap. Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan, ada potensi kinerja reksadana pendapatan tetap meningkat dalam jangka panjang apabila kenaikan BI 7-DRR berlanjut. "Banyak yang memperkirakan suku bunga acuan BI masih bisa naik hingga 4,75% di tahun ini," kata dia, Jumat (18/5).

Kenaikan suku bunga acuan dapat memicu kenaikan yield surat utang negara (SUN), walau sifatnya terbatas. Yield SUN yang tinggi bakal menarik perhatian investor asing untuk berinvestasi di pasar obligasi Indonesia.

Tapi, ini bisa terjadi dengan catatan, kenaikan suku bunga acuan mampu menstabilkan nilai tukar rupiah. "Masuknya dana asing ke pasar obligasi turut menjadi katalis positif bagi reksadana pendapatan tetap," kata Wawan, Jumat (18/5) akhir pekan lalu.

Tidak hanya dari kenaikan suku bunga acuan, ke depannya, kinerja reksadana pendapatan tetap juga akan dipengaruhi oleh tingkat inflasi Indonesia. Jika inflasi tetap terjaga di level 3,5% (±1%), besar kemungkinan kinerja reksadana pendapatan tetap makin meningkat.

Selain itu, performa reksadana pendapatan tetap juga bakal lebih optimal apabila cadangan devisa Indonesia kembali naik. Wawan optimistis reksadana pendapatan tetap masih bisa mencatatkan kinerja rata-rata positif sekitar 6%--7% hingga akhir tahun.

Mengatur portofolio

Namun dampak positif kenaikan 7-DRR tidak akan terlalu terasa di reksadana campuran. Sebab, tekanan di pasar saham masih cukup kuat dan akan mempengaruhi kinerja reksadana.

Presiden Direktur BNI Asset Management Reita Farianti menuturkan, dalam jangka pendek kinerja reksadana campuran masih rentan turun lantaran maraknya aksi jual investor asing di pasar saham. Namun, apabila kenaikan BI 7-DRR terbukti mampu memperbaiki posisi nilai tukar rupiah, besar kemungkinan dalam jangka panjang kinerja reksadana campuran juga akan mengalami peningkatan, sejalan dengan pemulihan kinerja pasar saham.

Saat ini, untuk mengoptimalkan imbal hasil, BNI AM berupaya menambah porsi obligasi korporasi, karena memiliki risiko volatilitas yang lebih rendah ketimbang obligasi pemerintah. Untuk saham, BNI AM juga mulai mengurangi porsi saham yang fundamentalnya rentan terhadap perubahan suku bunga acuan BI 7-DRR. "Kami menambah porsi saham dari emiten-emiten yang kinerjanya diuntungkan pelemahan rupiah," jelas Reita.

Sementara itu, Direktur Corfina Capital Bambang Subiantoro mengatakan, kenaikan BI 7-DRR sejatinya sangat diharapkan oleh para pelaku pasar. Setidaknya, kenaikan tersebut dapat meminimalisir potensi penurunan harga saham dan obligasi yang lebih dalam. Dengan demikian, peluang koreksi kinerja rata-rata reksadana campuran akan lebih terbatas.

Corfina Capital pun kini tengah fokus pada perbaikan kinerja aset obligasi agar kinerja reksadana campuran yang dimilikinya tetap terjaga. Bambang menyatakan, upaya rebalancing dengan menambah jumlah obligasi tenor pendek menjadi pilihan yang diambil pihak Corfina.

Hal tersebut dilakukan untuk menghindari potensi harga obligasi turun lebih jauh, kendati BI telah menaikkan suku bunga acuan. Apalagi, saat ini tren kenaikan yield US Treasury masih terus terjadi, sehingga harga SUN masih berpeluang tertekan akibat yield yang bergerak naik.

Meski begitu, koreksi yang dialami reksadana campuran diyakini hanya efek sementara. "Bahkan, masih ada potensi kinerja rata-rata reksadana campuran meningkat ke kisaran 8% pada akhir tahun nanti," prediksi Wawan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×