Reporter: Dimas Andi | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan suku bunga acuan BI 7 Day Repo Rate sebesar 25 bps menjadi 4,50% tidak lantas membuat kinerja reksadana campuran langsung melesat. Sebab, baik pasar saham maupun pasar obligasi masih dihantam berbagai tekanan.
Presiden Direktur BNI Asset Management, Reita Farianti menilai, dalam jangka pendek kinerja reksadana campuran masih rentan menurun, lantaran masih maraknya aksi jual investor asing di pasar saham dan obligasi. Aksi jual tersebut tak lepas dari berbagai sentimen negatif yang menyebabkan pasar terkoreksi, seperti ekspektasi kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat dan tren pelemahan rupiah.
Namun, apabila kenaikan BI 7 Day Repo Rate terbukti mampu memperbaiki posisi nilai tukar rupiah, besar kemungkinan dalam jangka panjang kinerja reksadana campuran akan mengalami peningkatan.
Dia menambahkan, BI 7 Day Repo Rate bukan satu-satunya katalis yang dapat memicu peningkatan kinerja reksadana campuran. Tingkat inflasi yang masih terjaga juga bisa mendorong perolehan imbal hasil optimal dari reksadana campuran.
Selain itu, karena memiliki aset berupa obligasi, masuknya Surat Utang Negara Indonesia ke dalam Bloomberg Barclays Index di semester II-2018 dapat menjadi sentimen positif bagi reksadana tersebut.
Direktur Corfina Capital, Bambang Subiantoro mengatakan, kenaikan BI 7 Day Repo Rate sejatinya sangat diharapkan oleh para pelaku pasar. Setidaknya, kenaikan tersebut dapat meminimalisir potensi penurunan harga saham dan obligasi yang lebih dalam. Alhasil, peluang koreksi kinerja rata-rata reksadana campuran akan lebih terbatas.
Head of Investment Research Infovesta Utama, Wawan Hendrayana bilang, kinerja reksadana campuran kemungkinan baru akan meningkat di semester kedua mendatang ketika pelaku pasar sudah bisa memperkirakan seberapa kali BI 7 Day Repo Rate akan naik di tahun ini.
Ia menganggap reksadana campuran masih cukup menarik untuk dimiliki oleh investor, walau kinerja rata-ratanya menurut Infovesta Balance Fund Index minus 1,24% secara year to date hingga April 2018.
Sebab, reksadana campuran didesain agar risikonya tidak sebesar reksadana saham. Sebagai perbandingan, kinerja rata-rata reksadana saham yang terdapat pada Infovesta Equity Fund Index hingga bulan April tercatat minus 2,83% (ytd). Di periode yang sama, Indeks Harga Saham Gabungan telah terkoreksi sebesar 5,68% (Ytd).
“Koreksi yang dialami reksadana campuran sebenarnya hanya sementara. Bahkan, masih ada potensi kinerja rata-rata reksadana ini meningkat di kisaran 8% pada akhir tahun nanti,” jelas Wawan, Jumat lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News