kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45908,54   -10,97   -1.19%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Reksadana Pendapatan Tetap Mendominasi Top 10 NAB Terbesar, Simak Pendorongnya


Jumat, 15 Desember 2023 / 07:30 WIB
Reksadana Pendapatan Tetap Mendominasi Top 10 NAB Terbesar, Simak Pendorongnya
ILUSTRASI. Reksadana pendapatan tetap mendominasi daftar produk reksadana dengan nilai aktiva bersih terbesar per November 2023.KONTAN/Muradi/2016/03/02


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Reksadana pendapatan tetap mendominasi daftar produk reksadana dengan nilai aktiva bersih (NAB) terbesar per November 2023. Dari sepuluh produk reksadana dengan NAB terbesar, ada lima reksadana yang tergolong dalam reksadana pendapatan tetap.

Malahan, posisi pertama NAB terbesar ditempati oleh Danamas Stabil yang merupakan racikan Sinarmas Asset Management dengan NAB Rp 16,95 triliun. Lalu, di peringkat ke-6 dan ke-7 masing-masing diisi oleh Reksa Dana Eastspring IDR Fixed Income Fund Kelas B dengan NAB Rp 5,75 triliun dan Reksa Dana Pendapatan Tetap Sucorinvest Stable Fund dengan NAB Rp 4,67 triliun.

Berdasarkan data Infovesta, dua dari tiga reksadana pendapatan tetap tersebut memang memberikan return yang lebih tinggi dari rata-rata. Sebagaimana diketahui, Infovesta 90 Fixed Income Fund Index memperlihatkan return sebesar 4,02% secara year to date (ytd) hingga November 2023. 

Baca Juga: Top 10 Reksadana dengan NAB Terbesar Didominasi Kelas Aset Pendapatan Tetap

Sementara itu, Danamas Stabil menghasilkan return 5,14% ytd dan Reksa Dana Eastspring IDR Fixed Income Fund Kelas B sebesar 6,00% ytd. Hanya Reksa Dana Pendapatan Tetap Sucorinvest Stable Fund yang menghasilkan return di bawah rata-rata, yakni 3,00% ytd.

Research Analyst PT Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani mengatakan, reksadana pendapatan tetap mendominasi daftar reksadana dengan NAB terbesar karena pelaku pasar pada tahun ini lebih memilih untuk berinvestasi di obligasi di tengah ketidakpastian global.

Hal ini terlihat dari keunggulan kinerja obligasi dibandingkan saham. Infovesta 90 Equity Fund Index menghasilkan return -4,12% ytd hingga November 2023, sedangkan return Infovesta 90 Fixed Income Fund Index mencapai 4,02%, Infovesta Corporate Bond Index 3,31%, dan Infovesta Government Bond Index 3,95%.

Kenaikan return reksadana pendapatan tetap juga didorong oleh kinerja positif obligasi domestik tahun ini. Performa positif tersebut tercermin dari Indonesia Composite Bond Index (ICBI) yang naik 7,83% ytd ke 371,85 per Kamis (14/12). Lebih lanjut, INDOBeX Government Total Return mencatatkan kenaikan 7,89% ytd ke 363,86 dan INDOBeX Corporate Total Return naik 7,13% ytd ke 420,28.

“Salah satu alasan lain yang mendorong minat investor terhadap beberapa produk reksadana pendapatan tetap tersebut adalah ekspektasi pemangkasan suku bunga tahun 2024 yang berpotensi menaikkan harga obligasi,” tutur Arjun saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (14/12).

Berdasarkan fund fact sheet per November 2023, alokasi aset Danamas Stabil yang diluncurkan sejak Februari 2005 ini ditempatkan di obligasi dan sukuk pemerintah maupun korporasi sebesar 91,4%. Sepuluh besar efek dalam portofolio terdiri dari obligasi Bank Bukopin, Energi Mitra Investama, Indah Kiat Pulp & Paper, Lontar Papyrus, Merdeka Copper Gold, pemerintah Republik Indonesia, Pyridam Farma, dan Sinarmas Multi Finance.

Baca Juga: Reksadana Pendapatan Tetap Memberikan Return Tertinggi

Sementara itu, Reksa Dana Eastspring IDR Fixed Income Fund Kelas B yang menempati peringkat keenam NAB terbesar per November 2023 justru lebih banyak menempatkan dananya di obligasi negara. Hal ini terlihat dari sepuluh besar efek dalam portofolio yang seluruhnya diisi oleh surat berharga negara (SBN) seri FR.

Direktur Batavia Prosperindo Aset Manajemen Eri Kusnadi menambahkan, di tengah era suku bunga tinggi, investasi baru di obligasi menjadi lebih menarik. Pasalnya, kupon dan yield yang ditawarkan lebih tinggi. 
"Selain itu, mungkin juga hal ini adalah cerminan bahwa risk profile orang Indonesia mayoritas di moderat ke bawah,” tutur Eri.

Untuk tahun 2024, Eri menilai investasi di reksadana pendapatan tetap masih menarik seiring dengan adanya potensi pemangkasan suku bunga acuan. Hal ini berpotensi membuat harga obligasi naik dari level saat ini sebab harga obligasi bergerak berlawan dengan arah suku bunga dan yield.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×