Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Reksadana pasar uang berhasil menjadi reksadana dengan kinerja paling baik sepanjang lima bulan pertama di tahun ini. Merujuk data Infovesta Utama, kinerja reksadana pasar uang yang tercermin dari Infovesta 90 Money Market Fund Index berhasil tumbuh 1,41% hingga akhir Mei kemarin.
Coba bandingkan dengan kinerja reksadana pendapatan tetap yang tercermin dari Infovesta 90 Fixed Income Fund Index yang hanya tumbuh 0,37%. Sementara kinerja reksadana campuran dan reksadana saham justru berbanding terbalik. Keduanya mencatatkan kinerja negatif, yakni masing-masing -2,48% dan -7,05%.
Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan, reksadana pasar uang menjadi reksadana dengan kinerja paling baik sebenarnya lebih dikarenakan reksadana lainnya justru punya kinerja yang relatif buruk. Ia mencontohkan reksadana saham yang terus terpukul sejak awal tahun hingga saat ini seiring dengan ketidakpastian dan pemulihan yang belum berjalan sesuai harapan.
“Reksadana pendapatan tetap pada kuartal I 2021 juga tertekan seiring melonjaknya yield US Treasury. Walaupun dalam dua bulan terakhir mengalami perbaikan, tetap saja kinerjanya masih di bawah reksadana pasar uang,” kata Wawan kepada Kontan.co.id, Kamis (3/6).
Baca Juga: Matang di pasar saham, begini strategi berinvestasi ala Ridwan Zachrie
Wawan menambahkan, karakteristik reksadana pasar uang yang kinerjanya tidak pernah negatif pada akhirnya membuat jenis reksadana ini bisa mengungguli yang lainnya. Dengan berisikan deposito dan obligasi korporasi di bawah satu tahun, praktis kinerja reksadana pasar uang akan selalu positif.
Walau demikian, Wawan meyakini untuk tahun ini kinerja reksadana pasar uang tidak akan lebih baik dibanding tahun lalu seiring dengan tren suku bunga yang sangat rendah saat ini. Namun, imbal hasil reksadana pasar uang diperkirakan tetap akan jauh lebih tinggi dibanding deposito.
“Untuk rata-rata reksadana pasar uang kemungkinan akan di kisaran 3% - 3,5% pada akhir tahun nanti. Itu tetap jauh lebih tinggi dari deposito yang kemungkinan paling tingginya di 3%. Tapi kan deposito itu masih gross, jadi ketika dipotong pajak, tetap lebih besar imbal hasil reksadana pasar uang,” imbuh Wawan.
Baca Juga: IHSG diproyeksi lanjut menguat pada Jumat (4/6), saham-saham ini bisa dicermati
Selain reksadana pasar uang, Wawan melihat reksadana pendapatan tetap menjadi reksadana dengan potensi kinerja lebih baik pada sisa akhir tahun ini. Pasalnya, kini yield SBN acuan 10 tahun terus bergerak turun dan berada di kisaran 6,4% setelah sempat menyentuh 6,7% pada Maret silam.
Apalagi, ia memperkirakan, jika inflasi tetap rendah seperti saat ini, dan pemulihan ekonomi berjalan jauh lebih dibanding kondisi saat ini, tidak menutup kemungkinan Bank Indonesia akan kembali menurunkan suku bunga acuan. Jika terjadi, tentu akan menjadi sentimen positif untuk kinerja reksadana pendapatan tetap.
“Sementara untuk reksadana saham, sebaiknya untuk saat ini wait and see terlebih dahulu. Mesti melihat seperti apa program perbaikan ekonomi yang disiapkan pemerintah dan seperti apa dampaknya terhadap kinerja para emiten,” pungkas Wawan.
Selanjutnya: Sudah naik 0,99%, IHSG diproyeksi masih melanjutkan penguatan di akhir pekan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News