Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun 2022, sejumlah bank sentral di dunia menaikkan suku bunga acuan sebagai langkah meredam tingginya laju inflasi.
Hingga saat ini The Fed menjadi salah satu bank sentral yang agresif menaikkan suku bunga acuan. Yang teranyar, The Fed menaikkan suku bunga sebesar 75 bps.
Ke depan, kalangan pelaku pasar bahkan meyakini The Fed masih akan agresif dan setidaknya bisa kembali menaikkan suku bunga sebesar 50 bps-75 bps pada empat pertemuan tersisa.
Direktur Panin Asset Management Rudiyanto menilai dengan potensi kenaikan suku bunga yang ada, reksadana berdenominasi dolar AS bisa dijadikan pilihan investasi yang menarik.
Baca Juga: Reksadana Fixed Income Dolar Jadi Pilihan Menarik Saat Suku Bunga Global Naik
Menurutnya, terdapat upside yang bisa didapatkan dari instrumen ini secara jangka panjang dengan kondisi pasar seperti saat ini.
Hanya saja menurutnya, reksadana berdenominasi dolar AS yang berbasis obligasi jauh lebih menarik dibandingkan yang berbasis saham.
Ia bilang, saham AS secara valuasi mungkin saat ini memang murah karena harganya yang terdiskon. Hanya saja, dengan potensi ekonomi AS yang terkena resesi, maka prospeknya mungkin cenderung negatif.
“Sementara untuk yang obligasi Indonesia mata uang USD secara valuasi juga sudah murah sehingga bisa menjadi peluang menarik untuk masuk. Namun, perlu diwaspadai karena dalam jangka pendek akan ada gejolak,” kata Rudiyanto kepada Kontan.co.id, Kamis (23/6).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News