kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Reksadana Fixed Income Dolar Jadi Pilihan Menarik Saat Suku Bunga Global Naik


Kamis, 23 Juni 2022 / 17:06 WIB
Reksadana Fixed Income Dolar Jadi Pilihan Menarik Saat Suku Bunga Global Naik
ILUSTRASI. Reksadana.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menjalani tahun 2022, tema umum ekonomi global adalah kenaikan suku bunga acuan. Hal ini dilakukan oleh berbagai bank sentral dunia sebagai langkah meredam tingginya laju inflasi.

Hingga saat ini The Fed menjadi salah satu bank sentral yang agresif menaikkan suku bunga acuan, teranyar, The Fed menaikkan suku bunga sebesar 75 bps. Ke depan, kalangan pelaku pasar bahkan meyakini The Fed masih akan agresif dan setidaknya bisa kembali menaikkan suku bunga sebesar 50-75 bps pada empat pertemuan tersisa.

Vice President Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengungkapkan, tren kenaikan suku bunga The Fed secara teori bisa menguntungkan dolar Amerika Serikat (AS). Oleh karena itu, prospek kinerja reksadana berbasis dolar AS dinilai masih punya potensi yang menarik ke depan.

“Hanya saja, kenaikan suku bunga kali ini dibayangi oleh ancaman resesi. Ini sebenarnya patut diwaspadai karena bisa membuat investor memiliki pertimbangan lain ke depan soal prospek dolar AS,” ujar Wawan ketika dihubungi Kontan.co.id, Kamis (23/6).

Baca Juga: Menoropong Kinerja Reksadana di Tengah Tren Kenaikan Suku Bunga

Di satu sisi, dengan potensi penguatan dolar AS ke depan, rupiah diyakini bisa melemah jika suku bunga The Fed terus naik. Walau begitu, Wawan menyebut ada teori purchasing parity di mana negara yang inflasinya lebih tinggi, akan cenderung melemah nilai tukarnya terhadap negara yang inflasinya rendah.

Dalam hal ini, AS punya inflasi yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi Indonesia. Oleh karena itu, Wawan meyakini, selama pemerintah dapat menjaga nilai inflasi domestik, maka pelemahan rupiah seharusnya tidak akan terlalu dalam. 

Wawan menambahkan, dengan berbagai kondisi yang ada saat ini, reksadana berdenominasi dolar AS yang berbasis obligasi punya prospek yang jauh lebih menarik. Pasalnya, saat ini yield US Treasury terus bergerak naik sehingga bagi para investor yang punya fresh money, momentum saat ini dinilai sebagai waktu yang menarik untuk masuk.

Dia menyebut, reksadana dolar AS berbasis saham untuk kinerjanya akan merefleksikan proyeksi pendapatan emiten-emiten di masa yang akan datang. Tapi, dengan adanya ancaman resesi maka bisa menurunkan proyeksi ini sehingga wajar bila kinerjanya terkoreksi.

“Untuk itu, bagi investor dengan time horizon jangka menengah hingga 3 tahun, (reksadana dolar AS) yang berbasis obligasi lebih menarik,” tutup Wawan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×