Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dana kelolaan atau assets under management (AUM) industri reksadana bertambah di bulan April 2021. Berdasarkan data Infovesta Utama, AUM industri reksadana naik Rp 1,99 triliun sepanjang bulan lalu.
Alhasil, dana kelolaan industri reksadana hingga akhir bulan April mencapai Rp 543,126 triliun dari yang sebelumnya hanya Rp 541,27 triliun per Maret.
Direktur Avrist Asset Management Farash Farich mengatakan, kenaikan AUM pada bulan ini ditunjang dua faktor. Pertama, naiknya dana kelolaan dibantu oleh dengan kenaikan harga obligasi sepanjang bulan April.
Baca Juga: Hingga April 2021, return unitlink pendapatan tetap paling tinggi
Hal ini tidak terlepas dari mulai stabilnya yield US Treasury yang pada akhirnya membuat yield SUN acuan 10 tahun mengalami penguatan yang signifikan.
“Kedua, pasar saham pada bulan lalu kondisinya cenderung sideways setelah cukup tertekan pada Maret. Nah momentum tersebut dimanfaatkan oleh investor untuk masuk lagi ke pasar saham ketika valuasinya sedang murah, tercermin dari dana kelolaan reksadana berbasis saham yang naik,” jelas Farash kepada Kontan.co.id, Senin (10/5).
Pada bulan April kemarin, tercatat reksadana berbasis saham berhasil membukukan kenaikan dana kelolaan paling tinggi. Reksadana campuran tercatat mengalami kenaikan 2,83% menjadi Rp 25,36 triliun. Sementara reksadana saham berhasil mengalami pertumbuhan AUM sebesar 2,78% menjadi Rp 123,21 triliun.
Kemudian, terdapat reksadana pasar uang yang berhasil catatkan kenaikan sebesar 1,99% secara bulanan menjadi Rp 92,41 triliun. Lalu, dana kelolaan reksadana pendapatan tetap juga berhasil tumbuh 1,00% menjadi Rp 129,16 triliun pada April kemarin.
Sementara untuk reksadana terproteksi tercatat turun 2,62% dari Rp 134,57 triliun menjadi Rp 131,17 triliun.
Baca Juga: Henan Putihrai AM prediksi imbal hasil reksadana saham tahun ini di kisaran 12%-20%
Ke depan, Farash meyakini pertumbuhan dana kelolaan masih akan berlanjut pada bulan-bulan berikutnya.
Menurutnya, akan banyak investor yang membeli reksadana saham maupun reksadana campuran seiring harganya yang sedang murah.
Di satu sisi, pasar obligasi juga akan kembali diselimuti sentimen positif setelah sempat tertekan beberapa waktu terakhir.
“Secara umum, pemulihan ekonomi yang berjalan lebih baik akan jadi faktor penentu. Apalagi, likuiditas di pasar keuangan kan masih tinggi dan minat investor ritel pun terus mengalami pertumbuhan,” imbuh Farash.
Oleh karena itu, dengan berbagai gabungan sentimen tersebut, ia optimistis dana kelolaan industri reksadana diperkirakan masih akan terus tumbuh ke depannya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News