Reporter: Akhmad Suryahadi, Muhammad Julian | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga batubara terlihat meroket di pekan pertama tahun 2022. Mengutip Bloomberg, harga batubara ICE Newcastle untuk kontrak pengiriman Februari 2022 berada ditutup di level US$ 177 per ton pada Jumat (7/1).
Itu membuat harga batubara menguat 21,52% dibanding penutupan di pekan sebelumnya. Di mana, harga batubara berada di level US$ 145,65 per ton pada Jumat (31/12).
Analis Samuel Sekuritas Indonesia Dessy Lapagu mengatakan, penguatan harga batubara pekan lalu tidak terlepas dari terjadinya penurunan pasokan seiring adanya larangan ekspor batubara dari Indonesia.
“Sebagai salah satu eksportir terbesar, peran Indonesia cukup penting dalam menjaga supply batubara global, selain juga dari China,” jelas dia kepada Kontan.co.id (10/1).
Seperti diketahui, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengeluarkan surat bernomor B-1605/MB.05/DJB.B/2021 tertanggal 31 Desember 2021 perihal Pemenuhan Kebutuhan Batubara untuk Kelistrikan Umum.
Baca Juga: Setelah Rapat Maraton, Akhirnya Ekspor Batubara Kembali Dibuka Malam ini
Surat tersebut melarang seluruh perusahaan pemegang PKP2B, IUP, IUPK Operasi Produksi, IUPK sebagai Kelanjutan Operasi Kontrak/Perjanjian, dan pemegang izin Pengangkutan dan Penjualan Batubara untuk melakukan penjualan batubara ke luar negeri sejak tanggal 1 Januari hingga 31 Januari 2022.
Selain itu, surat ini juga mewajibkan perusahaan-perusahaan pemegang perjanjian karya dan izin-izin usaha di atas juga berkewajiban memasok seluruh produksi batubaranya untuk memenuhi kebutuhan listrik untuk kepentingan umum sesuai kewajiban pemenuhan kebutuhan dalam negeri dan/atau penugasan dari Pemerintah kepada perusahaan dan/atau kontrak dengan PLN dan IPP.
Dalam hal sudah terdapat batubara di pelabuhan muat dan/atau sudah dimuat di kapal, surat ini mewajibkan agar batubara tersebut segera dikirimkan ke PLTU milik Grup PT PLN (Persero) dan IPP.
Kebijakan larangan ekspor ini merupakan jawaban dari persoalan krisis pasokan batubara untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) milik PLN dan Independent Power Producer (IPP).
Baca Juga: Pak Erik Thohir! Menko Marves Luhut Minta PLN Batubara Segera Bubar
Sebelumnya, Direktur Utama PLN memberikan surat kepada Kementerian ESDM dengan Nomor 77875/EPI.01.01/C01000000/2021-R tanggal 31 Desember 221 perihal Krisis Pasokan Batubara untuk PLTU PLN dan IPP.
Dessy bilang, pemerintah diproyeksi bakal melakukan relaksasi aturan tersebut, terutama terhadap produsen yang pada 2021 lalu telah memenuhi kewajiban pemenuhan domestik alias domestic market obligation (DMO). Ketika hal itu terjadi, investor pada gilirannya juga bisa menjadi lebih percaya diri dalam berinvestasi di sektor batubara.
Sementara itu, harga batubara global di tahun ini tak akan naik setinggi tahun lalu. Karena pasar telah memperkirakan adanya kenaikan pasokan batubara, di luar faktor larangan ekspor dari Indonesia. Oleh karenanya, level harga di atas US$ 200 per ton yang terjadi pada 2021 lalu diproyeksikan tidak terulang pada tahun ini.
“Meski demikian, pasar masih memperkirakan harga akan bertahan di atas level US$ 100 per ton pada tahun ini,” tutur Dessy.
Baca Juga: Skema Pengadaan Batubara untuk PLN Diubah, Begini Detail Perubahannya
Senada, Analis Trimegah Sekuritas Hasbie dan Willinoy Sitorus dalam risetnya juga memperkirakan bahwa pemberlakuan larangan ekspor tidak akan bertahan lama.
Trimegah meyakini, asosiasi produsen batubara akan melakukan segala kemungkinan untuk menyelesaikan masalah ini secepatnya. Alasan lainnya, keduanya meyakini bahwa pemerintah masih membutuhkan pendapatan yang signifikan dari sektor batubara.
“Tinggal menunggu waktu saja sampai pemerintah melakukan perubahan kebijakan,” tulis Hasbie dan Willinoy dalam riset, Kamis (6/1).
Menurut Hasbie dan Willinoy, PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) akan menjadi emiten yang paling terdampak jika pemerintah tidak segera mengakhiri larangan ekspor batubara. Ini karena eksposur (paparan) batubara ekspor ITMG menjadi yang terbesar diantara lainnya, yakni mencapai 75%.
Di samping itu, mayoritas pengguna lokal batubara ITMG adalah pabrik pengolahan (smelter), bukan ke segmen pembangkit listrik.
Sementara itu, PT Bukit Asam Tbk (PTBA), menjadi emiten yang paling minim terdampak, sebab porsi ekspor PTBA hanya 45%. Alasan lainnya, keduanya yakin, PTBA dan PLN memiliki hubungan yang sangat baik, karena memiliki pengendali yang sama, yakni pemerintah.
Hasbie dan Willinoy memperkirakan, harga batubara termal akan berada di bawah tekanan di bulan-bulan mendatang. Selain karena musim dingin yang telah usai, tingkat produksi batubara China juga sudah naik secara signifikan dalam beberapa pekan.
Baca Juga: Luhut: Stok Batubara untuk Pembangkit Mulai Meningkat
Sementara itu, Samuel Sekuritas Indonesia menjadikan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) sebagai saham pilihan utama atau top pick di sektor batubara dengan rekomendasi beli di target harga Rp 3.500.
Dessy bilang, batubara masih merupakan salah satu sumber energi utama PLN dengan total serapan mencapai 105 juta ton di tahun 2020 dan diperkirakan akan terus bertambah pada 2021-2025 menjadi 112 juta - 124 juta ton dalam setahun penuh.
Samuel Sekuritas Indonesia optimistis, volume penjualan PTBA akan terus naik ke depannya dengan masih kuatnya permintaan global dan domestik ini. Proyeksi Samuel Sekuritas Indonesia, volume penjualan batubara PTBA berkisar sebesar 30,6 juta ton di tahun 2021, 34,7 juta ton di tahun 2022, dan 37,9 juta ton di tahun 2023.
Sebagai pembanding, realisasi volume penjualan batubara PTBA di tahun 2020 berjumlah 26,1 juta ton.
“Selain itu, ada potensi tambahan permintaan dari proyek-proyek PTBA lainnya seperti PLTU mulut tambang Sumsel 8 dan fasilitas gasifikasi batubara menjadi DME,” imbuh Dessy.
Trimegah Sekuritas merekomendasikan beli saham PT United Tractors Tbk (UNTR) dengan target harga Rp 30.000. Di saat yang sama, Trimegah pun merekomendasikan beli saham PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) dengan target harga Rp 256.
Untuk saham PTBA dan ITMG, Trimegah menyematkan rating netral dengan target harga masing-masing Rp 2.800 dan Rp 21.500. Sementara untuk saham PT Adaro Minerals Tbk (ADMR), Trimegah Sekuritas merekomendasikan beli dengan target harga Rp 210.
Trimegah Sekuritas mempertahankan peringkat netral untuk saham emiten tambang batubara termal. Namun, Trimegah Sekuritas menyematkan rekomendasi beli untuk saham emiten kontraktor tambang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News