Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Donald Trump segera dilantik menjadi Presiden Amerika Serikat (AS) untuk masa jabatan keduanya. Trump bersama James David Vance sebagai wakil presiden, akan dilantik pada Senin (20/1) pukul 12.00 waktu setempat atau Selasa (21/1) dini hari waktu Indonesia.
Pelantikan Trump sebagai Presiden AS akan ikut menentukan dinamika ekonomi global. Termasuk membawa sentimen bagi arah pasar saham dunia. Investor di pasar saham Indonesia pun perlu mencermati sentimen ini.
Research Analyst Panin Sekuritas Felix Darmawan melihat pelantikan Trump bisa membawa dampak yang beragam. Berkaca dari masa jabatan sebelumnya, Trump sering menerbitkan kebijakan yang kontroversial dan memengaruhi pasar global.
"Ada kemungkinan untuk terjadinya peningkatan ketegangan perdagangan atau geopolitik, yang bisa mengarah pada penguatan dolar AS dan pelarian modal dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia," ungkap Felix.
Baca Juga: Intip Proyeksi IHSG dan Rekomendasi Saham untuk Senin (20/1)
Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Ekky Topan sepakat, efek Trump tergantung dari arah kebijakan yang akan diambil setelah resmi menjabat. Kebijakan Trump cenderung proteksionis, yang bisa memunculkan kembali ketegangan perdagangan.
Terutama dengan China, yang notabene merupakan mitra dagang utama Indonesia. "Jika ini terjadi, ketidakpastian global yang meningkat dapat memicu tekanan pada pasar negara berkembang, termasuk Indonesia. Hal ini dapat kembali meningkatkan capital outflow" ungkap Ekky kepada Kontan.co.id, Minggu (19/1).
Namun jika kebijakan Trump tidak sekeras yang dikhawatirkan dengan lebih fokus mendukung pertumbuhan ekonomi domestik AS tanpa memicu eskalasi ketegangan dagang, maka dampaknya bisa lebih netral. Dus, Ekky memprediksi untuk pekan ini atau sampai akhir Januari, pelaku pasar akan menanti arah kebijakan yang lebih konkret dari Trump.
"Melihat data ekonomi AS satu bulan ke belakang yang menguat, ada kemungkinan AS akan tetap menerapkan tarif dagang yang lebih ketat. Namun, sebagian besar sentimen ini seharusnya sudah diantisipasi oleh pasar," terang Ekky.
Analis Henan Putihrai Sekuritas Tristan Elfan menambahkan, pasar akan menanti kebijakan tarif AS kepada China, yang memiliki implikasi signifikan terhadap inflasi dan pertumbuhan ekonomi global. Tarif ini berpotensi meningkatkan inflasi melalui penguatan nilai tukar dolar dan kenaikan harga barang impor seperti yang terjadi selama perang dagang tahun 2018-2019.
Meski di sisi yang lain, Asia Tenggara berpotensi mendapatkan manfaat dari realokasi perdagangan akibat kebijakan tarif ini. Selain perang dagang dengan China, Financial Expert Ajaib Sekuritas Ratih Mustikoningsih menyoroti sinyal kenaikan bea impor AS untuk anggota BRICS yang berupaya melakukan dedolarisasi.
Ancaman terhadap BRICS bisa berpengaruh negatif bagi Indonesia yang merupakan anggota baru. Di tengah sentimen pelantikan Trump, Chief Executive Officer Edvisor Profina Visindo Praska Putrantyo memperkirakan pelaku pasar akan wait and see terlebih dulu.
Pasar akan melihat arah kebijakan The Fed yang diperkirakan tidak agresif melakukan penurunan suku bunga, mengingat laju inflasi tahunan yang kembali naik serta ekonomi AS yang masih solid. Praska juga menaksir nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih akan melemah dalam jangka pendek.
Pada saat yang sama, Praska menilai arus dana asing yang masuk ke pasar modal Indonesia terbilang belum masif atau masih cenderung bersifat sementara. Technical Analyst BRI Danareksa Sekuritas Reyhan Pratama sepakat, pelaku pasar akan cenderung wait and see terhadap dampak pelantikan Trump.
Kebijakan proteksionis Trump berpotensi memicu ketidakpastian global. "Ini dapat berdampak pada capital outflow dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia, terutama jika risiko geopolitik meningkat," terang Reyhan.
Arah IHSG dan Rekomendasi Saham
Menjelang pelantikan Trump, pasar saham Indonesia sedang kembali bergairah. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat dalam tiga perdagangan beruntun ke posisi 7.154,65, dengan mengakumulasi kenaikan 0,93% sepanjang pekan lalu.
Lonjakan tertinggi terjadi pada perdagangan Rabu (15/1), ketika IHSG melejit 1,77% setelah Bank Indonesia secara mengejutkan memangkas suku bunga acuan sebanyak 25 basis points. Reyhan memperkirakan dalam jangka pendek IHSG masih berpeluang melanjutkan penguatan.
Asalkan, IHSG mampu menembus level resistance 7.197 untuk menguji resistance berikutnya di area 7.277 dengan support di posisi 7.077. Sementara Ekky melihat sentimen penurunan suku bunga BI masih membawa angin segar, sehingga terbuka peluang bagi IHSG menuju level 7.300 dalam sepekan ke depan, dengan support di level psikologis 7.000.
Sedangkan Tristan memperkirakan IHSG masih sideways dalam sepekan ke depan dalam rentang 7.025 - 7.231. "Kami masih belum memiliki ekspektasi tinggi, karena sentimen BI Rate ini belum terlalu kuat untuk meningkatkan IHSG ke level nilai berikutnya," jelas Tristan.
Vice President Marketing, Strategy and Planning Kiwoom Sekuritas Indonesia Oktavianus Audi memprediksi IHSG akan bergerak mixed cenderung menguat dalam sepekan ke depan. Hanya saja, IHSG masih perlu mengkonfirmasi breakout sideways ke atas level 7.190, dengan rentang pergerakan pada area support 6.965 dan resistance di 7.254.
Di tengah sentimen pelantikan Trump serta dinamika pasar dan harga komoditas global, Audi melihat sektor energi menarik dicermati. Selain itu, saham emiten konglomerasi dari Grup MNC berpotensi terdampak spekulasi pasar, mengingat kedekatan bos MNC Hary Tanoesoedibjo dengan Donald Trump.
Tapi, Audi menaksir sentimen tersebut hanya bersifat jangka pendek. Praska turut menyoroti kenaikan sejumlah saham Grup MNC pada akhir pekan lalu, yang kemungkinan terdongkrak oleh sentimen jangka pendek menjelang pelantikan Trump.
Reyhan pun melihat sentimen pelantikan Trump pada saham Grup MNC. Reyhan menyarankan hold saham PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) dan buy PT Global Mediacom Tbk (BMTR). Saham MNCN berpotensi menguji resistance Rp 302 dengan support di Rp 288. Sedangkan BMTR berpotensi menguji resistance Rp 200 dengan support di Rp 184.
Sementara itu, Ratih memperhatikan saham komoditas energi dan tambang mineral-logam, terutama batubara dan emas. Sebab, penjualan batubara Indonesia dominan ke pasar Asia, khususnya China dan India yang merupakan bagian dari pionir BRICS.
Di samping itu, depresiasi nilai tukar rupiah juga akan menguntungkan sektor yang berbasis ekspor seperti batubara. Selain itu, Ratih juga melirik komoditas emas yang secara harga bergerak di level US$ 2.600 - US$ 2.700 per troi ons, di tengah volatilitas ekonomi global sebagai aset safe haven.
Ratih menyematkan rekomendasi buy untuk saham PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI), PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) dan PT Timah Tbk (TINS). Target harga masing-masing berada di area resistance Rp 9.400, Rp 430 dan Rp 1.140.
Audi menyarankan trading buy MNCN dengan target harga di Rp 330. Kemudian, speculative buy saham PT Essa Industries Indonesia Tbk (ESSA) dan PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), serta buy PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) untuk target harga masing-masing di Rp 960, Rp 3.070 dan Rp 10.400.
Tristan menjagokan saham emiten batubara dan properti untuk sepekan ke depan. Saham yang layak dicermati adalah AADI, PT Bumi Resources Tbk (BUMI), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Ciputra Development Tbk (CTRA), PT Summarecon Agung Tbk (SMRA). Tristan juga melirik saham konglomerasi seperti PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) dan PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN).
Sementara Praska menjagokan saham minyak dan gas, batubara, perbankan, ritel, tambang mineral, dan kelapa sawit. Saham pilihannya adalah PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) dan PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO).
Kemudian, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN), PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI), PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) dan PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA).
Baca Juga: Wijaya Karya (WIKA) Targetkan Seksi 2 dan 3 Tol Serang Panimbang Beroperasi 2025
Selanjutnya: Pelantikan Bersejarah Presiden Donald Trump Dibayangi Prediksi Cuaca Ekstrem
Menarik Dibaca: Film 1 Kakak 7 Ponakan Siap Sentuh Hati Penonton Bioskop
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News