Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah saham masih menjadi penekan atau pemberat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dengan pergerakan yang cenderung negatif (laggard). Meski gerak harga sahamnya masih merah, tapi sejumlah saham yang masuk daftar laggard dinilai memiliki prospek cerah untuk dikoleksi pada harga rendah.
Secara year to date atau dari awal tahun, saham emiten berbasis teknologi dan bank digital mendominasi deretan saham laggard. Lima diantaranya adalah PT Bank Jago Tbk (ARTO), PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO), PT Bukalapak.com Tbk (BUKA), PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB), dan PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK).
Sedangkan di bulan September, GOTO dan ARTO masih ada di jajaran lima besar saham Laggard. Sisanya diisi oleh PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), PT Astra International Tbk (ASII), dan PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS).
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan, dengan adanya sejumlah emiten berkapitalisasi pasar besar di jajaran saham laggard, dampaknya akan terasa terhadap IHSG.
Baca Juga: Cek 10 Saham yang Paling Cuan Sejak Awal Tahun 2022
Meski begitu, patut dicatat bahwa gerak IHSG belakangan ini juga sangat dipengaruhi oleh antisipasi pelaku pasar terhadap perkembangan makro ekonomi dan sentimen global. Termasuk fluktuasi harga komoditas yang akan berimbas pada gerak saham emitennya.
"Oleh sebab itu, perhatikan juga sentimen dan fundamental dari masing-masing perusahaannya, serta lakukan rotasi sektor apabila dibutuhkan," ujar Nico saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (11/9).
Certified Elliott Wave Analyst Master Kanaka Hita Solvera, Daniel Agustinus melihat, sejauh ini saham bluechip masih kuat mengarahkan IHSG. Terutama dari empat besar saham perbankan (BBCA, BBRI, BMRI, dan BBNI) serta PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM).
"Asing juga masih konsisten untuk membeli saham-saham tersebut seiring dengan pertumbuhan kinerja emitennya," ujar Daniel.
Sementara itu, Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto menyoroti banyaknya saham berbasis digital-teknologi di saham laggard tak lepas dari antisipasi pasar terhadap langkah pengetatan moneter bank sentral di berbagai negara.
Kondisi ini berpotensi mempersulit para emiten memperoleh dana murah untuk membangun ekosistem seperti yang telah dikerjakan selama ini. Alhasil, aksi "bakar duit" akan cenderung lebih terbatas karena berhadapan dengan potensi kenaikan beban dan menurunnya daya beli masyarakat.
"Pasar memproyeksikan potensi penurunan kinerja pada sektor ini, sehingga cenderung melakukan shifting ke sektor yang lebih aman," terang Pandhu.
Meski dari kinerja semester pertama 2022, mayoritas masih bisa menumbuhkan kinerja. Pandhu pun memperkirakan dampak terhadap gerak IHSG akan cenderung terbatas untuk beberapa waktu ke depan, seiring penurunan yang sudah cukup dalam.
Beberapa saham pun sudah menunjukkan sinyal rebound. Saran Pandhu, saham ASII menarik dilirik dengan menerapkan strategi Buy on Weakness (BoW) yang mulai rebound dari support Rp 6.625 dengan target terdekat di Rp 7.050.
Jika penguatan berlanjut, maka saham ASII berpeluang menuju target berikutnya di level Rp 7.500. "Sebagai salah satu saham bluechip dengan kinerja cemerlang, maka koreksi ini merupakan peluang untuk mendapatkan harga entry yang lebih baik," terang Pandhu
Sementara itu, untuk saham GOTO, ARTO, dan BBYB, Pandhu merekomendasikan untuk wait and see terlebih dulu. Begitu juga untuk saham PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) yang laggard pada bulan September ini.
Sedangkan Daniel menyarankan wait and see untuk saham laggard sambil menunggu harga sahamnya bergerak reversal. Terlebih jika menimbang saham-saham yang merosot cukup dalam. Jika investor ingin berspekulasi, disarankan untuk antre menunggu laju 5%-10% di bawah harga saat ini.
Untuk saham-saham yang menarik dicermati dengan strategi BoW adalah GOTO pada area Rp 266 - Rp 272 dengan target penguatan di Rp 320. Kemudian BoW saham BBYB mengamati harga Rp 850 - Rp 900.
Target penguatan saham BBYB ada di area harga Rp 1.200. Selanjutnya, BoW saham ARTO memperhatikan harga Rp 7.400 - Rp 7.600 dengan target di Rp 9.000.
Nico juga melihat koreksi ini bisa menjadi peluang beli untuk saham-saham yang prospek valuasinya masih cerah ke depannya. Saham EMTK, ARTO, dan ASII bisa menjadi pilihan.
Begitu juga saham PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) yang laggard di bulan ini. "Itu artinya ada potensial upside yang berpeluang memberikan keuntungan," tandas Nico.
Baca Juga: Simak Proyeksi IHSG dan Rekomendasi Saham untuk Pekan Depan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News