Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mentah dunia berfluktuasi cukup kencang memasuki semester kedua 2024. Tengok saja harga Brent yang sempat menyentuh level US$ 87 per barel di awal bulan Juli, tapi sekarang melandai di ambang level US$ 82 per barel.
Masih merujuk data Tradingeconomics pada perdagangan Selasa (23/7), harga West Texas Intermediate (WTI) berada di area US$ 77,8 per barel. Sedangkan di awal bulan Juli harga WTI bergerak di level US$ 83 per barel.
Harga komoditas yang bergerak dinamis ini bakal menjadi katalis bagi laju saham emiten minyak dan gas (migas). Di tengah fluktuasi harga minyak dunia ini, beberapa emiten migas menggelar aksi korporasi, di antaranya dengan membentuk entitas usaha baru.
Contohnya PT Wintermar Offshore Marine Tbk (WINS) yang menandatangani perjanjian usaha patungan dengan PT Rajawali Perak Mulia (RPM) pada 16 Juli 2024. WINS dan RPM membentuk PT Wintermar Rajawali Asia yang bergerak di bidang kepemilikan, pengoperasian dan persewaan kapal penunjang kegiatan angkutan lepas pantai bagi industri migas.
Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham untuk Trading Pekan Ini
Selain itu, ada PT Soechi Lines Tbk (SOCI) yang mendirikan anak usaha baru bernama Glory Shipping Maritime Pte. Ltd. yang berkedudukan di Singapura. Tujuannya untuk mendukung kegiatan usaha SOCI dalam skala global.
Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto menyoroti bahwa untuk memacu kinerja, para emiten di sektor migas perlu melakukan ekspansi. Di antaranya dengan cara menambah lini usaha, jumlah armada atau menggenjot volume produksi dari sumber yang baru.
Pandhu melihat sejauh ini prospek emiten migas untuk menggelar ekspansi cukup terbuka. Lantaran rata-rata emiten di sektor ini memiliki kondisi keuangan yang cukup sehat dan rasio utang yang terbilang minim.
"Sehingga masih mampu untuk melakukan ekspansi dengan tambahan dana eksternal tanpa terlalu memberatkan kinerja perseroan," kata Pandhu kepada Kontan.co.id, Selasa (23/7).
Baca Juga: Intip Rekomendasi Saham Unggulan dari Para Analis Saat Laju IHSG Tertahan
Research Analyst Phintraco Sekuritas Aditya Prayoga menaksir emiten berbasis komoditas migas punya prospek yang cukup positif pada semester II-2024. Katalis utamanya adalah optimisme terhadap pemulihan ekonomi, khususnya di China sebagai salah satu konsumen terbesar minyak dunia.
Negeri Tirai Bambu itu sedang berupaya memulihkan perekonomiannya, yang sempat dikhawatirkan akan mengalami penurunan. Langkah yang baru diambil oleh bank sentral China untuk menurunkan suku bunga diharapkan akan menjadi katalis positif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
"Sentimen dari perkembangan ekonomi global serta kebijakan ekonomi di China kami yakini akan memengaruhi kinerja komoditas migas," kata Aditya.
Sementara itu, Pandhu menyoroti pergerakan harga minyak yang dua pekan terakhir ini mengalami koreksi, setelah rally sejak awal Juni. Secara tren besar, sejak tahun lalu harga minyak masih cenderung sideways dalam rentang US$ 67 - US$ 88 per barel, dengan rata-rata sekitar US$ 77 per barel.
Pandhu menaksir, harga minyak di kisaran US$ 78 per barel masih cukup kondusif bagi keberlangsungan industri, mengingat rata-rata perusahaan masih mampu menghasilkan laba.
Hanya saja, Pandhu memperkirakan kinerja emiten migas masih akan cenderung flat, jika volume produksi dan operasional hanya mengandalkan proyek yang dimiliki saat ini.
Baca Juga: Menakar Potensi Rotasi Sektor & Saham Unggulan Analis Saat Laju IHSG Tertahan
Seperti saham komoditas lain, imbuh Pandhu, saham di emiten migas lebih baik dimanfaatkan untuk investasi jangka pendek karena biasanya memiliki rentang pergerakan yang cukup jauh.
"Lebih aman jika dilakukan trading ketika berada dalam trend bullish, atau minimal menunggu sinyal reversal yang solid muncul sebelum mengambil keputusan," tegas Pandhu.
Pandhu lantas melirik saham PT Elnusa Tbk (ELSA) yang saat ini masih bergerak dalam trend bullish dan secara valuasi masih relatif murah dengan price earning sekitar 5,3 kali. Lagipula, sebagai bagian dari Grup Pertamina, ELSA cenderung lebih mudah menjangkau proyek-proyek terkait eksplorasi dan mendukung peningkatan produksi minyak nasional.
Selain ELSA, Pandhu juga menjagokan saham Grup Pertamina lainnya, yakni PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS). Pandhu menilai PGAS menarik untuk investasi jangka panjang menimbang pertumbuhan kinerja yang kuat, valuasi yang relatif murah serta dividen yield yang tergolong besar.
Saham ELSA dan PGAS juga menjadi pilihan Aditya. Namun, Aditya menyarankan sell on strength untuk keduanya. Bagi saham ELSA, perhatikan support di Rp 500 dan resistance Rp 545. Sementara untuk saham PGAS, cermati support di Rp 1.535 dan resistance di Rp 1.615.
Baca Juga: Izin Tambang Jalan Lagi Rio Tinto Siap Memasok Litium ke Eropa Hingga 90% Kebutuhan
Aditya kemudian merekomendasikan buy on support saham PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) dan PT Rukun Raharja Tbk (RAJA). Saran untuk saham MEDC, masuk pada area Rp 1.285 - Rp 1.310 untuk target harga Rp 1.370 dan stoploss di Rp 1.265.
Sementara untuk RAJA, masuk di area harga Rp 1.125 - Rp 1.140 untuk target harga di Rp 1.195 dan stoploss di Rp 1.080. Sedangkan Equity Analyst Kanaka Hita Solvera William Wibowo menjagokan saham ELSA, PGAS dan PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG).
William menyematkan rekomendasi buy untuk ELSA (support Rp 464 - resistane Rp 620) dan PGAS (support Rp 1.505 - resistance Rp 1.715). Kemudian buy on weakness saham ENRG dengan mencermati support Rp 172 dan resistance di Rp 250 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News