kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rekomendasi analis untuk saham NRCA


Selasa, 12 Januari 2016 / 21:01 WIB
Rekomendasi analis untuk saham NRCA


Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Sektor konstruksi diperkirakan masih akan menjadi primadona pada tahun ini. Misi pemerintah untuk mempercepat realisasi pembangunan berbagai infrastruktur menjadi berkah untuk emiten sektor konstruksi. Meski demikian, emiten konstruksi swasta harus mampu bersaing dengan emiten-emiten konstruksi BUMN yang sudah pasti mendapat banyak jatah proyek dari pemerintah.

PT Nusa Raya Cipta Tbk (NRCA), pun tak ingin tertinggal. Perseroan mulai mengincar beberapa proyek pemerintah. NRCA menargetkan bisa bertumbuh lebih kuat dibandingkan tahun lalu karena kondisi ekonomi makro yang diperkirakan bakal lebih baik.

Anak usaha PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) itu menargetkan mampu mengantongi kontrak baru sebesar Rp 4,5 triliun. Angka tersebut naik 40% dibandingkan estimasi raihan kontrak baru 2015 sekitar Rp 3 triliun. Sejatinya, tahun lalu NRCA memperkirakan bisa meraup kontrak baru senilai Rp 4,1 triliun, namun nilainya dipangkas menjadi Rp 3,2 triliun.

Reza Priyambada, Kepala Riset NH Koorindo Securities mengatakan, proyek NRCA saat ini masih banyak berasal dari pembangunan high rise building di beberapa kota besar, seperti Medan, jakarta, Bali, dan Bandung. Proyek swasta masih akan mendominasi kontrak baru NRCA.

Namun, tak menutup kemungkinan NRCA bisa bersaing untuk mendapat kontrak baru dari proyek pemerintah. "Peluang itu masih ada, meskipun tidak akan besar, karena tentu saja pemerintah akan lebih mengutamakan proyek digarap BUMN," ujar Reza.

Di sisi lain, tak ada salahnya jika NRCA tetap mengandalkan proyek-proyek swasta. Peluang pembangunan di sektor swasta seperti gedung perkantoran dan apartemen masih cukup besar. Apalagi, pengerjaannya tak memakan waktu banyak, sehingga NRCA bisa mendapat return lebih cepat.

"Proyek pemerintah memang besar nilainya, namun juga membutuhkan waktu lama untuk mendapat return maksimal," imbuhnya. Tahun ini, Reza memperkirakan NRCA masih bisa meraih peningkatan kontrak baru sekitar Rp 4 triliun.

Sebagai informasi, proyek perseroan yang sudah digarap di antaranya memang kebanyakan proyek high rise building seperti Praxis Hotel & Apartemen Surabaya, apartemen Regatta Jakarta, Hotel Pullman Ciawi Jakarta, Q Big BSD City Tangerang, Springhill Royale Suites Jakarta, dan Radison Hotel Uluwatu, Bali.

Namun, NRCA juga akan mengembangkan bisnis jalan tol setelah berhasil menggarap ruas Cikopo – Palimanan atau Cipali. Perseroan menggarap proyek tersebut melalui perusahaan patungan, PT Lintas Marga Sedaya (LMS), antara Plus Expressways Bhd. dan Baskhara Utama Sedaya. Perseroan masuk melalui Bashkara Utama Sedaya yang merupakan konsorsium bersama Saratoga dan Bukaka Group. Porsi kepemilikan NRCA minoritas, yakni sebesar 27%.

Tahun ini,perseroan dikabarkan membidik ruas tol Pandaan – Malang. NRCA juga tengah mengkaji untuk mengikuti tender ruas tol Batang – Semarang. Lucky Bayu Purnomo, Analis LBP Enterprises mengatakan, pemerintah memang sudah menetapkan jatah besar untuk proyek BUMN. Namun, emiten swasta seperti NRCA masih bisa mengambil peluang minoritas di beberapa proyek. "Secara fundamental, NRCA masih bisa lebih agresif dibandingkan tahun lalu, peluangnya masih cukup besar," ujarnya.

Namun, NRCA akan banyak bersaing dengan emiten konstruksi swasta lainnya seperti TOTL dan ACST. Sehingga, pendapatan NRCA diperkirakan tumbuh 7% di tahun ini. Pada Kuartal III 2015, pendapatan NRCA masih naik 11% ke level Rp 2,7 triliun dari sebelumnya Rp 2,4 triliun. Namun, laba bersihnya menurun dari Rp 207 miliar menjadi Rp 150,4 miliar karena ada kenaikan beban.

William Suryawijaya, Analis Asjaya Indosurya Securities mengatakan, dari sisi marjin, NRCA akan lebih banyak mendapat keuntungan dari proyek swasta yang digarap cepat. Dengan pertumbuhan ekonomi makro yang juga lebih baik, NRCA diprediksi masih bisa banyak mendapat kontrak baru.

Ekspansi SSIA sebagai induk juga cukup agresif sehingga bisa mendorong ekspansi NRCA. Namun, tetap saja, masih ada beberapa hal yang harus diwaspadai seperti dampak perlambatan ekonomi global ke dalam negeri.

William merekomendasikan hold saham NRCA dengan target harga Rp 850 per saham. Lalu Lucky merekomendasikan buy dengan target harga Rp 715-Rp 725 per saham. Sementara menurut Reza, saham NRCA lebih menarik untuk ditrading buy dengan target harga 2016 sebesar Rp 680-Rp 700 per saham. Saham NRCA ditutup menguat 2,3% dalam perdagangan Selasa (12/1) ke level Rp 650 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×