Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten sektor makanan dan minuman (mamin) tengah menerjang ombak yang tinggi pada tahun ini.
Berbagai tantangan, mulai dari turunnya daya beli masyarakat, kenaikan tarif barang-barang di industri fast moving consumer good (FMCG), hingga naiknya harga LPG dan BPJS.
Kemungkinan penerapan cukai minuman berpemanis siap menjadi ombak berikutnya yang menghantam pertumbuhan sektor makanan dan minuman.Tak ayal, beberapa analis menilai sektor ini akan cenderung mengalami perlambatan.
Baca Juga: Bisnis emiten sektor mamin akan jalani tahun berat, ini penjelasan analis
1. PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR)
Pada tahun ini, anggota indeks Kompas100 ini, dinilai analis tidak akan terlalu terdampak jika cukai minuman berpemanis diterapkan. Pasalnya pendapatan UNVR segi pendapatannya ditopang oleh segmen home and personal care ketimbang minuman berpemanis.
Kendati demikian, dengan tengah menurunnya daya beli masyarakat, hingga kenaikan iuran BPJS dan gas LPG akan sedikit menekan kinerja UNVR.
Analis BNI Sekuritas William Siregar merekomendasikan untuk Hold UNVR dengan target price Rp 8.300 per saham.
Baca Juga: BKPM tegaskan investasi masih lancar, tak terganggu virus corona
2. PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP)
Analis memperkirakan ICBP juga tidak akan terlalu terdampak jika cukai minuman berpemanis diterapkan sebab produk minuman berpemanis ICBP hanya 5% dari seluruh penjualan.
Sementara itu, ICBP akan berpotensi mengalami pertumbuhan yang pesat dengan adanya kemungkinan akuisisi Pinehill Group.
Saat ini terdapat tujuh negara Arab Saudi, Nigeria, Turki, Mesir, Kenya, Maroko, dan Serbia yang berada di bawah Pinehill Group dan menjual produk Indomie di bawah lisensi anak perusahaan ICBP.
Baca Juga: Potensi laba camilan ayam goreng dari Ayam Jepang Crispy semakin renyah
Analis Indo Premier Sekuritas Kevie Aditya dalam risetnya pada 12 Februari 2020 merekomendasikan untuk Hold ICBP dengan target price Rp 11.500 per saham.
3, PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO)
Analis melihat SIDO merupakan salah satu emiten yang akan cukup terdampak cukai minuman berpemanis. Pasalnya Kuku Bima sebagai salah satu produk unggulan SIDO termasuk dalam produk yang dikenakan cukai.
Kendati demikian, SIDO yang tengah menyasar pasar ekspor, khususnya Filipina, Malaysia, dan Nigeria, diperkirakan mampu meningkatkan penjualan dari ekspor sebesar 6% - 7% pada tahun ini.
Analis Sinarmas Sekuritas Paulina dalam risetnya pada 21 Februari 2020 merekomendasikan untuk Add saham SIDO dengan target price Rp 1.400 per saham.
Baca Juga: Valuasi IHSG terdiskon, investor bisa mencermati saham-saham ini
4. PT Mayora Indah Tbk (MYOR)
Analis melihat upaya MYOR dengan menyiapkan dana sekitar Rp 76,80 miliar untuk pembelian mesin baru akan berdampak positif. Lantaran pembelian mesin ini akan bisa mengangkat jumlah produksi dan penjualan volume ekspor.
Hingga September 2019, penjualan domestik MYOR mencapai Rp 9,91 triliun atau sekitar 55,19% atau naik 4,04%. Sementara penjualan ekspor sebesar Rp 8,05 triliun atau naik 2,86%.
Baca Juga: IHSG jatuh dalam, ini kriteria saham-saham yang dilirik dana pensiun
Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony merekomendasikan untuk Buy saham MYOR dengan target price Rp 2.500 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News