kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,31   14,00   1.54%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rekap Kinerja Portofolio Investasi di Bulan Mei 2023, Dolar AS Paling Untung


Senin, 05 Juni 2023 / 18:35 WIB
Rekap Kinerja Portofolio Investasi di Bulan Mei 2023, Dolar AS Paling Untung
ILUSTRASI. Investor yang berinvestasi valuta asing (valas) dolar AS diuntungkan penguatan the greenback.


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dolar Amerika Serikat (AS) kembali diburu dalam sebulan terakhir. Investor yang berinvestasi valuta asing (valas) dolar AS diuntungkan penguatan the greenback.

Presiden dan CEO PT Pinnacle Persada Investama Guntur Putra mencermati, penguatan dolar AS di antaranya terpengaruh oleh perhatian pasar terhadap negosiasi kenaikan plafon utang AS atau disebut debt ceiling. USD/IDR ditutup pada harga Rp 14.994 per dolar AS pada 31 Mei 2023 atau menguat 2.18% dalam sebulan.

Isu debt ceiling AS pertama kali mencuat di awal Mei 2023 ketika Menteri Keuangan AS Jannet Yellen memperingatkan pemerintah kemungkinan tidak bisa membayar semua tagihan secara penuh dan tepat waktu pada 1 Juni 2023.

Guntur menyebutkan, kurang lebih dalam periode 2-3 minggu negosiasi debt ceiling masih belum menunjukkan titik terang. Situasi ketidakpastian tersebut akhirnya menyebabkan pasar cenderung melakukan alokasi terhadap kelas aset berisiko rendah seperti obligasi, emas ataupun dolar AS.

Baca Juga: Saham-Saham Debutan IPO Kena ARB 15% Hari Ini

“Jadi salah satu faktornya (penguatan dolar AS) yaitu adanya peningkatan alokasi di aset safe haven seiring ketidakpastian saat negosiasi US debt ceiling,” kata Guntur kepada Kontan.co.id, Senin (5/6).

Beralihnya investor kepada aset-aset aman (safe haven asset) tersebut secara bersamaan menekan aset berisiko seperti kripto. Harga Bitcoin (BTC) sebagai aset kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar turun sekitar 7% MoM menuju US$ 27.219 di akhir Mei 2023. Senada, Ethereum (ETH) harus terkoreksi tipis 0,11% MoM ke harga US$ 1.874.

Guntur mengatakan, investor cenderung beralih dari aset berisiko kepada aset aman selama periode ketidakpastian di bulan Mei 2023. Aset kripto digemari sejak awal tahun akibat berbagai faktor yang melatarbelakanginya seperti masalah perbankan AS dan bank-bank Eropa yang mengalami kolaps.

Baca Juga: ARB 15% Mulai Berlaku Senin (5/6), Ini Tips Bagi Investor Mengatur Portofolio

Selain tertekan oleh dolar AS, Analis Komoditas Lukman Leong melihat pelemahan harga kripto sebagai aset non intrinsik, masih belum mendapatkan momentum dan sentimen untuk melanjutkan penguatan. Bitcoin misalnya memang naik cukup tinggi sekitar 64,50% di sepanjang tahun (YtD) per 31 Mei 2023. Tetapi kenaikan harga BTC dianggap hanya bersifat technical rebound dari keterpurukan aset digital tersebut di tahun 2022.

Tak hanya itu, pasar tengah khawatir terhadap ekspektasi kenaikan suku bunga the Fed pada bulan Juni 2023. Walaupun persepsi tersebut akhirnya ditepis oleh pejabat Federal Reserve, tetapi angka inflasi personal consumption expenditure (PCE) AS masih tinggi yang mengindikasikan potensi kenaikan Fed Fund Rate lebih lanjut.

Potensi kenaikan suku bunga tersebut yang membuat emas tidak terangkat sebagai aset safe haven di kondisi ketidakpastian pasar. Selama Mei 2023, emas terkoreksi sekitar 1,41% MoM menuju harga US$ 1.962 per ons troi.

Baca Juga: Harga Emas di Pegadaian, Siang Ini Senin 5 Juni 2023, Cek Daftarnya di Sini

Lukman mengamati, emas masih berkonsolidasi dan masih mengalami tekanan aksi ambil untung (profit taking) setelah mencapai rekor harga tertinggi sepanjang masa atau all time high di bulan lalu. Namun, permintaan dari bank sentral dunia terhadap emas masih kuat di tahun ini yang bakal menopang harga ke depan.

“Emas masih sangat menarik, terlebih harga lagi terkoreksi cukup besar,” ucap Lukman.

Lukman mengatakan, imbal hasil obligasi diperkirakan masih akan turun oleh ekspektasi bahwa The Fed akan mengakhiri siklus kenaikan suku bunga. Begitu pula dengan pasar saham yang umumnya diperkirakan akan reli setelah isu debt ceiling berakhir.

Guntur turut melihat kesempatan berinvestasi di aset obligasi yang menunjukkan adanya potensi upside tahun ini. Di samping itu, pasar saham untuk semester kedua 2023 juga masih memiliki potensi untuk pemulihan yang tercermin dari kondisi makro dan fundamental ekonomi Indonesia secara metrik masih cukup baik dan resilient.

Di sepanjang Mei 2023, kinerja pasar obligasi yang tercermin dari Indonesia Composite Bond Index (ICBI) tercatat menguat 1,91% MoM ke level 363,61. Sementara, pasar saham yang terlihat dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi 4,08% MoM.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×